Friday 21 September 2018

Friday, September 21, 2018
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca PDT. WEINATA SAIRIN: *KEGAGALAN ADALAH TERTUNDANYA KEBERHASILAN*.

 

 

_”The only real failure in life is one not learned from”_ (Anthony JD Angelo)

 

Dalam kehidupan yang kita jalani ini, entah sudah berapa kali kita mengalami kegagalan, diberbagai bidang. Entah itu kegagalan dalam hal-hal yang _kecil_ atau kegagalan dalam hal-hal yang dianggap _besar_. Ada banyak orang disekitar kita yang mengalami kegagalan dalam berbagai bidang, dan menikmatinya sebagai bagian dari pembelajaran hidup. Kegagalan itu terjadi oleh karena berbagai sebab : faktor internal, bencana alam, force majeur, perubahan politik, pendanaan, dan sebagainya, dan sebagainya. Ada yang gagal menjadi anggota parlemen, kapolda, dirjen, anggota DPD, menteri, ketua parpol. Bahkan ada yang gagal menjadi presiden, wakil presiden, duta besar, atau gubernur bank.

 

Sejak kita kecil orangtua kita menanamkan dengan sangat kuat bukan saja tentang pentingnya kita mempunyai _cita-cita_ tetapi juga bagaimana caranya agar kita berhasil, sukses dan tidak gagal dalam mencapai cita-cita. Masih ingat bahkan terngiang nasihat ongtua saat itu, agar bekerja keras, tekun, sabar dan berdoa kepada Tuhan dalam rangka mewujudkan cita-cita.

 

Ketekunan, kesabaran, kerja keras, berdoa kepada Tuhan, itulah empat kata kunci, _keywords_ yang dikatakan orang tua sebagai tip, cara dalam mewujudkan cita-cita. Seorang yang tekun adalah seorang yang tangguh, petarung, tak kenal menyerah tapi selalu mencari jalan-jalan baru demi suksesnya pencapaian sebuah cita-cita. Figur yang tekun bukanlah seorang yang cengeng, pesimis dalam menghadapi kendala kehidupan. Tatkala Sarasate seorang pianis Spanyol yang termasyhur melakukan pertunjukan yang sangat luar biasa, seorang kritikus menyebutnya sebagai orang jenius. “Jenius?” seru Sarasate. “Selama tiga puluh tahun aku berlatih empat belas jam sehari, dan sekarang mereka menyebutnya seorang jenius”. Ketekunan memang sebuah aktivitas yang terus menerus harus dilakukan tanpa jeda, tanpa interupsi. Ketekunan harus dibayar mahal karena hasilnya optimal.

 

Pemain celo dunia yang terkemuka Pablo Casals ditanya mengapa diumur 83 tahun ia terus berlatih empat atau lima jam sehari. Casals menjawabnya sebagai berikut : “karena aku berfikir aku sedang membuat _kemajuan_.” Kita yang tidak ingin gagal dalam bidang apapun maka kita kita harus tekun, dan tekun.

 

Setiap orang memiliki sikap dan cara sendiri dalam merespons kegagalan. Ada yang ikhlas menerima kegagalan itu lalu berjuang lagi dari awal dengan lebih keras untuk mencapai keberhasilan. Ada yang mencari kambing hitam yang menjadi penyebab kegagalan itu : lingkungan terdekat, sistem, organisasi pendukung, dana. Ada yang sangat terpukul karena sangat yakin akan berhasil, hingga dengan kondisi kegagalan itu ada juga yg berusaha bunuh diri.

 

Kegagalan bisa dialami oleh siapa saja; kegagalan tidak mengenal sara, afiliasi politik, aliran keagamaan, gender, strata sosial. Kegagalan adalah “sukses yang tertunda” kata orang bijak. Kita bisa dan boleh saja mengalami kegagalan dalam berbagai bidang kehidupan. Yang tidak boleh terjadi sama sekali dalam kehidupan kita adalah gagal-gagal yang lain : gagal ginjal, gagal jantung, dan gagal faham. Tiga gagal ini punya dampak besar dalam kehidupan seseorang.

 

Menarik pepatah yang dikutip diawal bagian ini yang menyatakan bahwa kegagalan yang real dalam kehidupan ini adalah kita gagal untuk belajar dari kegagalan. Kita tidak mengevaluasi mengapa kegagalan itu terjadi, faktor-faktor apa yang berperan didalamnya, apa analisis kita tentang kegagalan itu sehingga kedepan kita bisa berhasil dengan baik.

 

Sebagai umat beragama kita memaknai kegagalan sebagai ruang bagi kita untuk berintrospeksi dan mengukur kemampuan diri. Pada titik mana sebenarnya terdapat kelemahan sehingga kita gagal. Faktor-faktor apa yang harus diperkuat agar kita berhasil di masa depan. Apakah juga ada maksud Tuhan bagi kita dengan kegagalan yang kita alami ini. Kegagalan dalam mengarungi samudera kehidupan adalah _romantika_ kehidupan. Kegagalan adalah _bunga bunga_ yang mengalirkan keharuman bagi episode kehidupan. Kegagalan adalah energi penguat bagi seseorang untuk kembali bangkit dari sebuah kegagalan, menyongsong hari-hari indah yang disediakan Tuhan di depan. Mari kita terus berkarya dan berjuang keras agar kita tidak gagal. Namun sesudah kita berjuang sesuai dengan prosedur, hukum dan ketentuan perundangan kita gagal, gagal jadi gubernur/wagub, gagal jadi rektor, gagal jadi direktur, gagal jadi walikota atau gagal jadi presiden maka kita takusah emosional, destruktif dan dendam; kita harus ikhlas menyatakan bahwa waktu untuk kita belum tiba. Kita tetap berkarya bagi banyak orang tanpa lelah dan jemu.

 

Selamat Berjuang. God bless.

 

*Weinata Sairin*