Wednesday 20 October 2010

Wednesday, October 20, 2010
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Dewan Adat Papua : TNI dan Brimob bakar Gereja dan Alkitab.
JAKARTA -  Dewan Adat Papua menyimpulkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Brigadir Mobil (Brimob) Polri melakukan tindakan kekerasan dan pembakaran rumah warga Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, selama Juni-Oktober 2010.


Hal itu tertuang dalam laporan kronologi kekerasan yang disusun oleh aktivis Dewan Adat Papua, Piron Moribnak Mulai Puncak Jaya dan Markus Haluk. Dalam salinan laporan yang diperoleh Bisnis tersebut, diungkapkan bahwa kekerasan itu terjadi sejak Juni 2010 di mana terjadi penganiayaan baik terhadap perempuan dan laki-laki di wilayah tersebut.
Selain itu, organisasi tersebut juga mencatat bagaimana pembakaran rumah maupun gereja di Kampung Bigiragi, Distrik Tingginambut, Puncak Jaya pada 11 Oktober 2010.

"Saksi mata menyatakan aparat keamanan pemerintah Indonesia yang masuk membumihanguskan kampung tersebut, berpakaian abu-abu dan kecoklatan, serta bertuliskan polisi. Sehingga diduga mereka adalah satuan Brimob," ujar Markus dalam laporan itu.
Laporan tersebut menyebutkan pembakaran yang dilakukan oleh Brimob, tidak saja dilakukan terhadap rumah atau honai, namun juga terhadap gereja. Sedikitnya terdapat 17 warga yang kehilangan tempat tinggal dan seluruh harta bendanya setelah peristiwa tersebut terjadi. Tidak hanya rumah, namun juga gereja beserta sekitar 250-300 kitab sucinya (Alkitab: Red) dibakar.


Sementara untuk dugaan kekerasan dan penganiayaan, Markus menuturkan anggota TNI diduga memperkosa sejumlah perempuan yang juga disiksa saat peristiwa itu terjadi. Bahkan, satu perempuan kini mengalami kelumpuhan karena patahnya rahang dan paha kanan.


"Penduduk sipil hidup dalam ketidaknyamanan atas kehadiran militer, padahal sesuai dengan sumpah mereka, seharusnya mereka melindungi rakyat. Tetapi, justru menyiksa rakyat di kota kecil," ujar Markus.


Organisasi itu mempertanyakan mengapa aparat keamanan selalu mengejar para warga sipil yang tidak memiliki senjata, sehingga menghancurkan rumah yang selama ini menjadi tempat berteduh. Dengan adanya kejadian tersebut, lanjut Markus, seolah-olah kekerasan militer di Papua tak pernah berakhir.


Pada pekan ini juga muncul video yang dimunculkan situs You Tube tentang kekerasan aparat keamanan terhadap dua warga sipil Papua. Dalam tayangannya, anggota militer melakukan interogasi sambil mendekatkan pisau ke hidung warga tersebut untuk mengetahui di mana lokasi senjata disembunyikan.