KUPANG (NTT) - Sekitar 10.000 Tenaga Kerja Indonesia ilegal, saat ini terperangkap di Malaysia karena tidak memiliki dokumen keimigrasian saat dioperasi aparat kepolisian negara itu. "Sebagian besar TKI ilegal itu berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT).
Saat ini mereka terperangkap di Distrik Setiawan dan Perak Malaysia," kata Anselmus Tallo Wakil Ketua DPRD NTT di Kupang, Jumat (22/10). Ia mengatakan hal itu mengutip kesaksian Grace Lee, seorang misionaris dari Malaysia dan Pendeta Otniel Dani Liu serta beberapa pendeta dari Gereja Kristen Jakarta (GKJ) saat mendatangi DPRD NTT di Kupang, Kamis (21/10).
Para misionaris dan pendeta dari sejumlah gereja Kristen di Malaysia itu mendatangi DPDR NTT untuk memberikan kesaksian terkait dengan kondisi dan nasib warga NTT di Malaysia saat ini.
"Saya bersama Ketua Komisi C DPRD NTT Stanis Tefa, Wakil Ketua Komisi D Jimmy Sianto dan anggota DPRD NTT lainnya menerima kunjungan misionaris Grace Lee dari Malaysia seorang misionaris dari Chinese Methodist Church Manjung Malaysia," kata Tallo.
"Para misionaris dan pendeta itu tidak hanya melayani para jemaatnya, tetapi juga membantu para TKI ilegal yang ada di hutan-hutan Malaysia, khususnya yang mengalami kecelakaan, penyiksaan hingga jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia," tambahnya.
Di hadapan pimpinan dan beberapa anggota DPRD NTT itu, Grace Lee memperlihatkan beberapa video dan foto-foto penanganan para TKI ilegal di hutan-hutan, khususnya yang berasal dari NTT.
Dalam rekaman video itu, Grace Lee tampak cekatan dalam membantu para korban yang mendapat penyiksaan dari aparat kepolisian negara itu. Ada beberapa orang TKI ilegal yang harus diamputasi dan dioperasi. Ada pula sampai meninggal dunia, tetap ditangai Grace Lee dan kawan-kawannya.
Salah satu buktinya adalah membawa serta Ambros Seran, salah seorang TKI ilegal asal Kabupaten Belu, NTT yang mengalami kecelakaan saat dikejar polisi Malaysia.
Tangan kanannya diamputasi karena mengalami luka serius saat terjatuh dari motor sewaktu dikejar polisi. Sementara pada kesempatan terpisah Rudolof Latuihamalo, salah seorang pendeta dari GKJ, meminta DPRD dan Pemerintah Provinsi NTT untuk memberikan kepastian kerja bagi para pencari kerja, sehingga tidak menjadi TKI ilegal.
"Kalaupun menjadi TKI, harus melalui jalur resmi. TKI ilegal sangat berisiko, karena sang majikan tidak mau bertanggungjawab. Gaji mereka rendah dan pembayarannya pun tidak lancar. Gaji mereka hanya berkisar 500-600 ringgit. Kalau mereka celaka pun majikan tidak peduli," katanya.
Dia mengatakan, para TKI ilegal mengaku kesulitan jika harus melalui jalur resmi. Mereka dipersulit dari proses administrasi. Salah satunya adalah pengurusan paspor. Ada TKI yang harus membayar Rp2 juta sampai Rp3 juta.
"Hal inilah yang membuat para pencari kerja terpaksa memilih jalur ilegal, walau sangat berisiko. Para TKI ilegal harus tinggal di kamp-kamp di hutan," katanya. "Kalau dikejar polisi, mereka melarikan diri dan kamp mereka dibakar. Belum lagi mereka ada yang sakit, kecelakaan, bahkan bersalin di hutan. Itulah fakta yang kami temui," kata Rudolof.
Saat ini mereka terperangkap di Distrik Setiawan dan Perak Malaysia," kata Anselmus Tallo Wakil Ketua DPRD NTT di Kupang, Jumat (22/10). Ia mengatakan hal itu mengutip kesaksian Grace Lee, seorang misionaris dari Malaysia dan Pendeta Otniel Dani Liu serta beberapa pendeta dari Gereja Kristen Jakarta (GKJ) saat mendatangi DPRD NTT di Kupang, Kamis (21/10).
Para misionaris dan pendeta dari sejumlah gereja Kristen di Malaysia itu mendatangi DPDR NTT untuk memberikan kesaksian terkait dengan kondisi dan nasib warga NTT di Malaysia saat ini.
"Saya bersama Ketua Komisi C DPRD NTT Stanis Tefa, Wakil Ketua Komisi D Jimmy Sianto dan anggota DPRD NTT lainnya menerima kunjungan misionaris Grace Lee dari Malaysia seorang misionaris dari Chinese Methodist Church Manjung Malaysia," kata Tallo.
"Para misionaris dan pendeta itu tidak hanya melayani para jemaatnya, tetapi juga membantu para TKI ilegal yang ada di hutan-hutan Malaysia, khususnya yang mengalami kecelakaan, penyiksaan hingga jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia," tambahnya.
Di hadapan pimpinan dan beberapa anggota DPRD NTT itu, Grace Lee memperlihatkan beberapa video dan foto-foto penanganan para TKI ilegal di hutan-hutan, khususnya yang berasal dari NTT.
Dalam rekaman video itu, Grace Lee tampak cekatan dalam membantu para korban yang mendapat penyiksaan dari aparat kepolisian negara itu. Ada beberapa orang TKI ilegal yang harus diamputasi dan dioperasi. Ada pula sampai meninggal dunia, tetap ditangai Grace Lee dan kawan-kawannya.
Salah satu buktinya adalah membawa serta Ambros Seran, salah seorang TKI ilegal asal Kabupaten Belu, NTT yang mengalami kecelakaan saat dikejar polisi Malaysia.
Tangan kanannya diamputasi karena mengalami luka serius saat terjatuh dari motor sewaktu dikejar polisi. Sementara pada kesempatan terpisah Rudolof Latuihamalo, salah seorang pendeta dari GKJ, meminta DPRD dan Pemerintah Provinsi NTT untuk memberikan kepastian kerja bagi para pencari kerja, sehingga tidak menjadi TKI ilegal.
"Kalaupun menjadi TKI, harus melalui jalur resmi. TKI ilegal sangat berisiko, karena sang majikan tidak mau bertanggungjawab. Gaji mereka rendah dan pembayarannya pun tidak lancar. Gaji mereka hanya berkisar 500-600 ringgit. Kalau mereka celaka pun majikan tidak peduli," katanya.
Dia mengatakan, para TKI ilegal mengaku kesulitan jika harus melalui jalur resmi. Mereka dipersulit dari proses administrasi. Salah satunya adalah pengurusan paspor. Ada TKI yang harus membayar Rp2 juta sampai Rp3 juta.
"Hal inilah yang membuat para pencari kerja terpaksa memilih jalur ilegal, walau sangat berisiko. Para TKI ilegal harus tinggal di kamp-kamp di hutan," katanya. "Kalau dikejar polisi, mereka melarikan diri dan kamp mereka dibakar. Belum lagi mereka ada yang sakit, kecelakaan, bahkan bersalin di hutan. Itulah fakta yang kami temui," kata Rudolof.
Sumber: MediaIndonesia