Sunday 9 January 2011

Sunday, January 09, 2011
2
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Ketua Sinode Gereja Masehi Injili di Bolaang Mongondow (GMIBM) Wafat.
MANADO (SULUT) - Kabut duka menggelayut pada keluarga besar Gereja Masehi Injili di Bolaang Mongondow (GMIBM). Ketua Umum Sinode GMIBM, Pdt Alfrits Obed Rumengan, STh telah berpulang ke rumah bapa.

Almarhum menghembuskan nafas terakhir Rabu (5/1/2011) sekitar pukul 18.30 Wita. Almarhum sempat menjalani perawatan selama lima hari di RS Monompia GMIBM Kotamobagu sejak Sabtu (1/1/2011). Almarhum sebelumnya dirawat di RSUP Kandou selama dua pekan sebelum natal lalu.

Putra sulung almarhum, Menly Rumengan mengatakan, bapaknya dirujuk ke Manado untuk menjalani cuci darah. "Papa rutin mencuci darah sejak empat tahun lalu. Tadi sore saat hendak cuci darah, tekanan darahnya terus turun," ujar Menly di ruang pemulasaran jenasah, Rabu malam.

Pdt Obe, demikian warga GMIBM menyapanya menjalani rawat jalan cuci darah sejak November 2006 karena mengidap gangguan ginjal yang berfungsi hanya sebelah. Kondisi almarhum terus menurun sejak November 2010.

Almarhum meninggalkan seoramg istri, Ny Sarah Hermina Rau dan dua anak, Menly dan Winda Rumengan serta dua orang cucu. Almarhum meninggal dalam usia 59 tahun 60 hari. "Papa sudah lelah. Sekarang dia so senang bersama Tuhan," lirih sang istri.

Gembala Teddy Battasina MTh, Ketua Pucuk Pimpinan KGPM yang melayat ke rumah sakit mengaku sangat kehilangan. Ia mengaku kenal dekat dengan almarhum sebagai sesama pemimpin gereja. "Ini seperti kata kata Paulus, aku telah mengakhiri pertandingan sampai akhir dan 'Eben Haezar' bahwa sampai di sini Tuhan menolong kita," ujar Battasina mengutip injil.

Battasina menilai almarhum sebagai pribadi luar biasa. Di tengah pergumulan sakit namun masih bisa menjalankan rutinitas pelayanan selang empat tahun terakhir. "Secara manusiawi, mustahil bisa seperti apa yang dijalani beliau. Meski sakit, bolak-balik Kotamobagu Manado tapi tetap melayani. Di sinilah Tuhan menyatakan kuasanya," ujarnya.


"Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah"
Penggalan Injil Filipi 1:21-22b di atas menjadi nats pembacaan Alkitan dalam ibadah pemakaman Pdt Alfrits Obed Rumengan STh, Ketua Umum Sinode Gereja Masehi Injili di Bolaang Mongondow (GMIBM) yang berlangsung Sabtu (8/1) pagi tadi.

Prosesi pemakaman Pdt Rumengan berlangsung penuh haru dan duka. Tak kurang dari 5.000 warga GMIBM yang datang dari berbagai jemaat dan wilayah Bolmong Raya tumpah ruah di bangsal besar rumah duka di Kelurahan Tumobui, Kotamobagu Timur. Termasuk dalam ribuan pekabung ini, 122 pendeta GMIBM yang berdiri lebih kurang dua jam mendampingi Pdt M Politon Assa M.Min dari Majelis Pertimbangan Sinode Am Gereja-gereja di Sulawesi Utara,Tengah dan Gorontalo.

Dalam berita firmannya, Pdt Politon Assa menyatakan, peristiwa duka meninggalnya almarhum merupakan bentu pernyataan kemahakuasaan Allah pencipta. "Memang berat bagi keluarga, saudara termasuk warga GMIBM yang mencintai almarhum. Tapi ini merupakan pekerjaan tangan-Nya," ujarnya.

Politon mengatakan, profil hidup seorang Obed-panggilan akrab almarhum-laik mewakili injil nats pembacaan. Kendati bergumul dengan sakit selang empat tahun terakhir, almarhum tetap berkomitmen melanjutkan tanggungjawab pelayanan sebagai ketua umum Sinode GMIBM. "Tidak sembarang orang bisa melayani dalam keadaan sakit. Seperti Paulus, almarhum telah memberi buah dalam hidupnya, keteladanan, contoh komitmen dan keteguhan iman," ucapnya.

Apa yang dikatakan Politon benar adanya. Sehari sebelum masuk rumah sakit, dua pekan jelang natal, Rumengan masih sempat memimpin raker badan pekerja Sinode GMIBM.

Kepergian Rumengan meninggalkan duka dalam bagi warga GMIBM. Penatua Suryono Wijoyo, Bendahara Umum Sinode GMIBM mengatakan, gereja di Bolmong kehilangan tokoh yang dikenal tegas dan dikenal tak berkompromi dalam aturan tata gereja. "Namun beliau selalu bersahaja, penuh kelembutan, cinta kasih dan menjadi bapak bagi kami," kata Wijoyo lirih.

Ny Sarah Hermina Rau, istri tercinta Rumengan terlihat tegar. Namun, mata sembab tak bisa menyembunyikan duka dalam hatinya. Ia senantiasa mengusap dahi sang suami. Duka pun terlihat jelas di wajah Menly dan Winda, putra-putri almarhum, serta Rivanna Rotti, sang menantu yang telah memberikan almarhum dua cucu Patricia dan Samuel.

Usai ibadah, prosesi pemakaman berlangsung panjang. Hampir semua pelayat berdiri sebagai tanda memberi hormat terakhir kepada Rumengan yang dikenal dengan joke segar kala berkhotbah. Simbol penghortamatan terakhir, istri dan anak-anak menyampaikan untaian kasih berupa karangan bunga di atas peti jenasah.

Pemerintah Provinsi Sulut pun ikut berduka. Wakil Gubernur Djauhari Kansil bersama Sekprov Robby Mamuaja hadir mewakili Gubernur SH Sarundajang. Kansil dalam kata sambutannya mengatakan, Rumengan memberi teladan sebagai pemimpin sekaligus gembala. "Ia membawa GMIBM sebagai mitra pemerintah dan menjadi perpanjangan tangan pemerintah. Apa yang ditinggalkan beliau wajib kita pelihara," pinta Kansil yang mengaku memiliki hubungan dekat dengan almarhum.

Duka juga menggelayut pada jajaran Pemko Kotamobagu. Wali Kota Djelantik Mokodompit mengaku secara pribadi sangat kehilangn Rumengan. "Pak Rumengan menjadi mitra sekaligus sahabat pemerintah kota. Banyak program kami yang berjalan baik berkat topangan warga GMIBM," kata dia.

Wali Kota mengatakan, saat hari natal kedua, ia dan jajaran masih sempat bersilahturahmi dengan Rumengan. Mokodompit mengatakan, kala itu ia masih melihat seorang Rumengan yang penuh semangat kendati terbaring sakit. "Banyak ide dan buah pikiran beliau menjadi maasukan berharga bagi kami," katanya sendu.

Sebelum dikebumikan, jenasah disemayamkan di Gereja Pniel Tumobui, kantor Sinode GMIBM di Biga. Bentuk penghormatan terakhir, Sekum Sinode GMIBM, Pdt Ch Raintama-Pangulimang MTh menyampaikan penghormatan. Peti jenasah diusung sembilan pendeta ketua wilayah GMIBM.

Ia dimakamkan di Desa Poopo, Kecamatan Passi Timur Bolmong_desa kelahirannya_yang dikenal sebagai jemaat mula-mula di Bolmong. Sosok Rumengan lahir dan besar di Poopo. Ia menyelesaikan sarjana theologia di STT Intim Makassar. Selepas itu, ia langsung kembali ke Bumi Totabuan dan mengabdikan diri di GMIBM.

Almarhum mengidap sakit gagal ginjal sejak Desember 2006 silam. Penyakit ini terpaksa membuatnya rutin cuci darah semingggu dua kali di RSUP Prof RD Kandou Manado. Menly, putra sulung almarhum mengatakan, total 529 hari Rumengan menjalani cuci darah. Kondisi almarhum terus menurun sejak Desember tahun lalu. Ia menghembuskan nafas terakhir Rabu (5/1) saat hendak menjalani cuci darah.

Tak banyak yang tahu, ternyata almarhum hidup hanya dengan sebuah ginjal sebelah kiri sejak masih kuliah di Makassar. "Itulah pekerjaan kuasa Tuhan yang dinayatakan dalam hidup beliaun" kata Pdt L Watung, Ketua Wilayah GMIBM. Almarhum meniggal dalam usia 59 tahun 60 hari.

Sebelum menjabat ketua umum Sinode GMIBM, almarhum pernah menjadi ketua jemaat Imandi Dumoga, Modayag, Tumobui dan Sekum GMIBM. Sekitar pukul 15.30 Wita, iring-iringan kendaraan pengantar jenasah bergerak mengular perlahan ke Poopo. Prosesi berakhir di tanah pekuburan Desa. Ibadah di lahan pekuburan dipimpin Pdt Tulende, Ketua Wilayah Poopo.

Langit cerah di atas Desa Poopo Bolmong sore kemarin menjadi saksi kembalinya almarhum kepada sang pencipta-Nya. Selamat jalan Pendeta Obe.

Sumber: TribunManado