TRIPOLI (LIBYA) - Pergolakan penuh kekerasan yang terjadi di Libya membuat warga Filipina yang terjebak dalam situasi tersebut berlindung di katedral Apostolik Tripoli dan enggan untuk pergi ke luar karena ketakutan yang luar biasa.
Hal ini disampaikan oleh Pastor Hermilo Vilason yang mengatakan, sejumlah warga Filipina menempati gereja tersebut sejak Senin (24/2).
Pastor Vilason mengatakan kepada Pastor Edwin sekretaris eksekutif Corros Pastoral Care For Immigrants and Itinerant People bahwa rentetan tembakan menjadi alarm dan ancaman tersendiri tiap pagi mereka terbangun dalam tidurnya. “Bunyi tembakan terjadi sporadis dan kadang terjadi berkesinambungan dan terus menerus,” ujar sang Pastor yang menyebutkan juga mendengar suara helikopter di atas gereja tetapi tidak berani ke luar untuk melihatnya
Dikhawatirkan juga bahwa tidak ada tempat lain bagi warga Filipina tersebut, karena di antara mereka yang punya status penduduk sementara, hanya dua orang Gereja yang bisa berbahasa Arab. Namun sikap optimis tetap terjaga bahwa mereka akan aman di dalam gereja.
Departemen Luar Negeri Filipina mengatakan, pihaknya sudah mengirim utusan ke Libya untuk mengupayakan keluarnya warga Filipina dari negara itu dengan selamat.
Di Libya ada sekitar 26.000 orang Filipina, sebagian besar tenaga profesional yang bekerja di berbagai perusahaan multinasional.
Menurut Amnesty International, sekitar 200 pengunjuk rasa telah dibunuh oleh pasukan keamanan hingga 20 Februari. Uskup Martinelli yang mengurus katedral itu juga meminta warga Filipina untuk terus berdoa demi keselamatan mereka, dengan mengatakan bahwa nasib mereka berada di tangan Tuhan.
Sumber : ucanews