JAKARTA - Hari Valentine tidak akan dirayakan tanpa mengenang sosok yang satu ini. Dunia memujanya sebagai figur lambang keromantisan: Saint Valentine atau Santo Valentinus.
Berdasarkan Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopedia, 1908), nama Valentinus bisa merujuk tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda. Yakni seorang pastur di Roma, seorang uskup Interamna (modern Terni), dan seorang martir di sebuah provinsi Romawi Timur di Afrika.
Seperti dikatakan Paus Gelasius II, sebenarnya tak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini. Banyak legenda yang mengelilingi mereka sebenarnya diciptakan pada akhir Abad Pertengahan di Inggris dan Prancis, saat pesta perayaan pada 14 Februari diasosiasikan dengan cinta. Sentimen semacam ini tidak ada sama sekali di kitab Legenda Emas Jacobus de Voragine, yang disusun pada kurang lebih era 1260. dan merupakan buku yang paling banyak dibaca pada akhir Abad Pertengahan.
Buku tersebut sangatlah lengkap dalam memberi informasi setiap santo dan santa untuk setiap hari pada tahun kalender gerejawi sebagai ilham homili setiap misa. Riwayat hidup St. Valentinus yang sangat singkat, tertulis bahwa ia menolak untuk menangkal Yesus Kristus di depan "Kaisar Claudius" pada 280. Sebelum kepalanya dipenggal, Valentinus mengembalikan penglihatan dan pendengaran sipir penjaranya.
Belakangan Jacobus mereka-mereka etimologi nama "Valentinus," sebagai "sesuatu yang mengandung keberanian (Latin: valor)", namun tidak ada tanda-tanda hati dan pesan-pesan yang ditandatangani yang "diberi oleh Valentine-mu," seperti kadangkala disugestikan dalam karya-karya modern kesucian sentimental.
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus di Via Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Jasad itu ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836.
Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada Hari Valentine, saat peti emas tadi diarak-arak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.
Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi sejak 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya bisa dipertanyakan dan hanya berbasis legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.
Asal usul Saint Valentine, maupun berapa banyak Valentine ada, memang masih misteri. Satu pendapat mengatakan, Saint Valentine adalah seorang martir Romawi karena menolak untuk melepaskan iman Kristen. Namun cerita paling populer yaitu Saint Valentine adalah seorang pendeta kuil yang dipenjara karena menentang pada masa pemerintahan Kaisar Claudius II saat zaman Romawi Kuno.
Kala itu sang kaisar menganggap tentara muda yang bujangan lebih tabah dan kuat di dalam medan peperangan ketimbang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda menikah. Tindakan Kaisar itu mendapatkan tentangan dari pendeta Saint Valentine yang secara diam-diam menikahkan banyak pemuda. Santo pun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 Masehi.
Sumber: Liputan 6