Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Berkembangnya Islam Radikal Kuatirkan Umat Kristen di Mesir.
KAIRO (MESIR) - Ikhwanul Muslimin aktif di seluruh dunia Islam dan ada kekuatiran bahwa kelompok ini akan mengambil alih revolusi yang menyapu Hosni Mubarak dari kekuasaan di Mesir.
Sebagaimana kekuatiran banyak pihak, kelompok ini mendapatkan pengaruh yang besar di Mesir.
Perkembangan ini terlihat dari wajah sekuler selama protes berlangsung yang menggandeng Islam, terutama dalam referendum nasional terbaru yang mengubah bentuk struktur politik Mesir.
Sebulan yang lalu, Mohammed Elbaradei merupakan salah seorang pahlawan revolusi. Namun pada hari referendum, massa melemparkan batu kepada Elbaradei, mengutuknya, dan pada akhirnya menghalangi dirinya untuk memberikan suara pada referendum.
Ia menentang referendum karena ia percaya partai-partai politik baru memerlukan waktu untuk mengatur dan mendapatkan dukungan.
Menurut Elbaradei, penyelenggaraan pemilihan pada bulan September hanya membantu terbentuknya kelompok yang mapan seperti Ikhwanul Muslimin. Dan banyak orang Mesir dari komunitas Kristen yang sependapat dengannya.
Ramez Attalah merupakan Direktur Lembaga Alkitab di Mesir.
“Demokrasi dalam konteks kami memberikan akar bagi kaum minoritas – melalui pemilu – bagi Islam yang sanhat radikal seperti Hizbullah di Libanon dan Hamas di Gaza. Kami pikir jika ada pemilu demokratis, maka Islam radikal akan mengambil alih negeri ini,” jelasnya.
Para pemimpin Islam radikal berusaha keras agar refeendum tersebut bisa lolos, dan mengatakan kepada rakyat Mesir bahwa mereka memiliki ‘kewajiban rohani’ untuk memilih “ya” atas lolosnya referendum tersebut.
Lainnya mengambil pendekatan yang lebih duniawi. Salah satu video menunjukkan seorang pria yang mengisi puluhan suara untuk “ya”. Para penentang mengatakan ribuan surat suara mungkin telah dipalsukan.
Kaum ulama juga memperjelas hal ini dengan tidak mentoleransi terjadinya perubahan konstitusional lama di Mesir yang menetapkan Islam sebagai agama resmi Mesir.
“Dalam hal ini, kami akan mendeklarasikan jihad demi nama Allah, segera, sesuai dengan kehendak Allah,” ujar salah seorang ulama.
Bagi orang Kristen Mesir, tindakan orang Islam ini menjadi pertanda bahwa mereka akan terus menjadi warga negara kelas dua. Orang Kristen telah mengalami diskriminasi di bawah pemerintahan rezim Mubarak dan telah menjadi sasaran serangan mematikan oleh kaum muslim radikal.
Orang Kristen Mesir percaya bahwa di bawah Ikhwanul Muslimin, situasi hanya akan bertambah buruk.
“Kekuatiran kami lebih bersifat jangka panjang,” ujar Attalah. “Kami mengkuatirkan pemilihan ini dan empat tahun mendatang setelah pemilihan. Karena apa yang kita lihat saat ini adalah wajah yang manis namun kami kemudian akan melihat pendekatan yang berbeda. Sejarah masa lalu mengindikasikan bahwa apa yang kami lihat sekarang bukanlah apa yang akan kami lihat di masa depan.”
Attalah mengatakan kenyataan baru di Mesir tidak berarti akan adanya kemerdekaan yang lebih bagi orang Kristen. Namun kondisi ini akan menghasilkan sebuah gereja yang kuat.
“Saya secara pribadi percaya jika orang Kristen di Mesir berada di bawah tekanan dan dalam situasi yang lebih sulit, iman mereka akan berkembang dan dan hal ini akan lebih baik bagi pemberitaan Injil. Jika kami mendapatkan kemerdekaan seperti yang kami rindukan, maka Injil sebagai pesan dan juga gaya hidup akan melemah,” ujarnya.
Sumber : CBN
gereja koptik
ikhwanul muslim
islam
luar negeri
mesir
Peristiwa
radikal islam
tekanan kepada umat Kristen