Saturday, 16 April 2011

Saturday, April 16, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Gereja Kristen Injili (GKI) Papua Klasis Timika Desak Polisi Usut Penembakan Karyawan Freeport. TIMIKA (PAPUA) — Ketua Klasis Mimika Gereja Kristen Injili (GKI) Papua Pdt Matheus Adadikam mendesak pihak kepolisian dan aparat terkait lainnya mengusut tuntas kasus penembakan karyawan PT Freeport Indonesia yang menewaskan Daniel Mansawan dan Hari Siregar.

Pdt Adadikam menegaskan, Gereja mengutuk keras pelaku yang telah bertindak sangat keji, yaitu membunuh Daniel dan Hari dengan cara membakar kedua korban bersama kendaraan yang mereka tumpangi.

"Kami sangat berharap pemerintah, baik di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten, bersama jajaran TNI dan Polri mengusut tuntas masalah ini. Jangan pernah menganggap ini masalah kecil. Ini adalah kejahatan kemanusiaan dan merupakan pelanggaran HAM berat," kata Pdt Adadikam, Kamis (14/4/2011).

Selama beberapa tahun terakhir situasi keamanan di Mimika, terutama di areal PT Freeport Indonesia, terus mengalami gangguan dan hal itu mengakibatkan karyawan tidak nyaman bekerja.

Padahal, PT Freeport memberikan kontribusi yang sangat besar bagi negara melalui royalti dan pajak-pajak yang dibayarkan kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Papua, dan Pemerintah Kabupaten Mimika.

"Sangat ironis ketika negara dan daerah menggantungkan pendapatannya dari Freeport, tapi karyawan sebagai aset utama dalam meningkatkan produktivitas perusahaan justru tidak diberi jaminan keamanan," tutur Pdt Adadikam.

Menurut dia, saat ini masyarakat Mimika, terutama karyawan Freeport, berada dalam kondisi bingung dengan berbagai kejadian teror penembakan yang terus-menerus terjadi di areal tambang emas, tembaga, dan perak itu sejak Juli 2009.

Pasalnya, semua kejadian teror penembakan tersebut tidak pernah diungkap tuntas, siapa sesungguhnya dalang di balik semua peristiwa itu.

"Harapan masyarakat untuk dapat mengetahui siapa sesungguhnya aktor utama di balik semua peristiwa di PT Freeport selama ini selalu kandas dengan adanya kejadian-kejadian lanjutan. Lantas, siapa yang harus dipersalahkan. Kami masyarakat hanya menginginkan hidup dalam kondisi aman dan damai," ujar Pdt Adadikam.

Dalam pengungkapan berbagai kasus teror penembakan di areal Freeport, Pdt Adadikam meminta aparat kepolisian tidak menjadikan masyarakat yang tidak bersalah sebagai kambing hitam.

Dengan masih terus terjadinya aksi teror penembakan oleh orang tak dikenal di areal Freeport, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap negara, terutama aparat keamanan, menjadi menurun.

"Jangan buat kami masyarakat di Papua ini seolah-olah hidup di daerah perang seperti di Libya. Mari kita saling menghormati kehidupan ini karena hak untuk mendapat jaminan dan keselamatan merupakan hak asasi setiap orang yang tidak bisa dirampas dan diambil seenaknya oleh orang lain," pinta Pdt Adadikam.

Agar tingkat kepercayaan masyarakat terhadap aparat keamanan di Papua, khususnya di Mimika, pulih kembali, ia berharap berbagai kasus tersebut bisa dibuka secara transparan kepada publik.

Pdt Adadikam meminta lembaga Gereja, baik di tingkat nasional, Asia, maupun dunia, dapat membantu melihat persoalan yang terjadi di areal Freeport dan turut mendesak Pemerintah Indonesia agar serius menuntaskan berbagai persoalan yang terjadi selama ini.

"Kami juga minta Bupati dan DPRD Mimika, Gubernur Papua dan DPRP tidak tinggal diam, tetapi terus mendorong aparat mengungkapkan kasus ini dan memberi jaminan keamanan kepada masyarakat Mimika, terutama karyawan PT Freeport," ujarnya.

Daniel Mansawan dan Hari Siregar tewas dengan kondisi tubuh hangus terbakar bersama kendaraan yang mereka tumpangi di MIl 37 MA 220 ruas jalan Tanggul Timur menuju Kampung Nayaro, Kamis (7/4/2011).

Pada mobil yang mereka tumpangi ditemukan lima lubang yang diduga bekas tembakan peluru.

Sehari sebelum kejadian itu, masih di lokasi yang sama, kendaraan yang dikemudikan Abdul Simanjuntak dan Agus Patah diberondong sejumlah tembakan. Namun, keduanya selamat dan hanya mengalami luka terkena pecahan kaca.

Sumber: Kompas