Sunday, 24 April 2011

Sunday, April 24, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Jumat Agung di GPIB Maranatha Denpasar Dilaksanakan Empat Kali.
DENPASAR (BALI) - "Peristiwa kematian Yesus Kristus di kayu salib pada Jumat Agung memberi manusia kesempatan beroleh keselamatan kekal dan sejati dari Allah Bapa," kata Pendeta Anna Amami Hamid, di Gereja Protestan Indonesia di Bagian Barat (GPIB) Maranatha, Denpasar, Jumat malam (22/4).

Pdt Hamid memimpin kebaktian hari kematian Yesus Kristus di hadapan ribuan umat Protestan dalam satu prosesi liturgi yang khidmat. Sebagian umat Protestan di Denpasar dan sekitarnya melaksanakan kebaktian Jumat Agung di gereja itu.

Dikarenakan gedung gereja tidak mampu menampung seluruh umat Protestan di gereja itu, kebaktian Jumat Agung dilakukan hingga empat kali. Tiap kali kebaktian dilakukan, tempat-tempat duduk di dalam dan tenda-tenda di halaman luar gedung gereja dipenuhi umat yang datang.

Kebaktian Jumat Agung sebagai rangkaian pemenuhan janji keselamatan yang disempurnakan pada Minggu Paskah dimulai dengan dentang lonceng yang bertalu-talu. Sementara umat menunaikan peribadatannya, lingkungan di sekitar gereja itu dijaga belasan polisi dari Polda Bali dan Polres Denpasar dengan dukungan dari umat beragama lain.

Dalam kebaktian Jumat Agung kali ini, dilaksanakan juga liturgi perjamuan kudus sebagai kenangan akan peristiwa serupa yang Yesus Kristus lakukan kepada ke-12 murid-Nya sekitar 2.000 tahun lalu. Saat itulah Yesus Kristus mendekati masa penyempurnaan eksistensi-Nya sebagai Allah Putra yang menghadirkan keselamatan sejati dalam iman.

Kisah kematian Yesus Kristus, kata Hamid, sebagaimana dinobatkan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru merupakan satu rangkaian janji keselamatan yang telah Tuhan gariskan kepada umat yang percaya kepada Dia.

Teriakan "Eli, Eli lama sabakh tani" atau Allahku, Allahku, mengapa Kau meninggalkan Aku, menjadi ungkapan ketakutan atas kematian yang menjemput sebentar lagi. Menurut Hamid, kematian dengan segala kepedihan, keperihan, dan kengeriannya bukan hal terpisah dari janji keselamatan itu.

Setelah diadili dengan penuh rekayasa dari para imam Yahudi dan penguasa Romawi saat itu, Yesus Kristus diputuskan dihukum mati dengan cara disalib. Tempat yang ditentukan untuk itu adalah tempat yang biasa dipakai untuk melaksanakan hukuman itu, Bukit Golgota, yang berarti Bukit Kematian, yang terletak di luar kota Yerusalem.

"Itu adalah bagian dari janji keselamatan. Sesaat sebelum nyawaNya berpisah dari raga, Yesus berseru kepadaMu Aku serahkan nyawaKu, sebagai ungkapan kepasrahanNya atas kekuasaan BapaNya. Kasih sayang Bapa juga meliputi kepedihan maut demi penyempurnaan keselamatan yang Dia nubuatkan," katanya.

Pasrah dan berserah hingga maut menjemput memberi manusia yang percaya kepadaNya satu kesempatan yang paling penting. "Itu adalah keselamatan. Jangan pernah lelah untuk berseru kepada Dia, karena kehidupan akan berakhir namun kasih sayang Bapa tidak akan pernah berakhir," kata Hamid.

Jumat Agung dalam iman Kristiani universal, katanya, menjadi penyempurna masa-masa kegelapan akibat ulah manusia yang mau tunduk pada kuasa dosa.

"Tuhan memenuhi janji-Nya dengan memberi Putera-Nya yang tunggal untuk melakukan misi keselamatan ini," kata Hamid.

Sumber: Antara