Monday 16 April 2012

Monday, April 16, 2012
1
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Keuskupan Banjarmasin Jangkau Ratusan Ribu Warga Dayak di Pegunungan Meratus. BANJARMASIN (KALSEL) - Empat tahun lalu keuskupan Banjarmasin, Kalimantan Selatan, mengadakan evangelisasi warga suku Dayak yang tinggal di pegunungan Meratus sebagai sebuah prioritas.

Uskup Petrus Boddeng Timang mengatakan dalam sebuah musyawarah keuskupan pada saat itu bahwa Gereja harus masuk melalui hutan rimba Kalimantan dan menjangkau warga Dayak.

Bersama sebuah tim relawan imam, seminaris dan orang awam, misi itu mulai dengan membangun fasilitas-fasilitas utama untuk mendidik anak-anak Dayak, yang kebanyakan orang tua mereka buta huruf dan menggantungkan hidup dari alam.

Menurut statistik pemerintah, ada lebih dari 35.000 warga Dayak tersebar sekitar Kalimantan Selatan. Mereka kebanyakan warga miskin yang tinggal di daerah terpencil, dan pekerjaan pokok adalah berpetani, menanam pohon karet, dan pendulang emas.

Tim itu kemudian mendirikan sejumlah pusat misi di Uren, Ka’ar, Magalau, Malangkayan dan Manginding, semuanya berada di wilayah Paroki Ave Maria dan Paroki St. Vincentius a Paulo.

Pusat Magalau diresmikan tahun 2009 oleh mantan Duta Besar Takhta Suci Vatikan Uskup Agung Leopoldo Girelli, sementara pusat-pusat lain mulai beroperasi awal tahun ini.

Pusat-pusat itu memiliki fungsi serba guna termasuk digunakan sebagai sekolah dasar, tempat ibadah, katekese anak dan remaja dan juga klinik kesehatan.

“Kami berterima kasih kepada tim itu yang menyediakan kami fasilitas-fasilitas air bersih dan mengajar anak-anak kami,” kata Ibramsyah, seorang tokoh Dayak di Magalau. “Kehidupan warga sudah membaik,” katanya.

“Saya berharap ke depan Gereja juga membangun sebuah sekolah tinggi dan mendirikan sebuah koperasi yang mana kami bisa meminjamkan uang kepada warga untuk membeli bibit atau memulai usaha kecil,” tambahnya.

Kebanyakan orang Dayak masih menganut kepercayaan tradisonal Kaharingan, namun di sejumlah wilayah mayoritas mereka beragama Kristen.

“Ketika saya mengajar katekese di Uren, saya terkesan bahwa ajaran Katolik sungguh merupakan sesuatu yang baru bagi mereka. Banyak umat Katolik tidak memahami liturgi,” kata Regina Maria Herlin, seorang relawan dari Jakarta.

Ia mengatakan dengan bekerja sama dalam tim adalah tantangan. Hal itu membutuhkan ketekunan, karena mereka harus mengatasi kendala bahasa, perbedaan budaya, dan kepercayaan.

Seorang relawan lain Caesilia Betan mengatakan: “Warga di Magalau sangat tertarik dengan agama Katolik dan setiap hari Jumat mereka menghadiri kelas katekese.”

Sejak peluncuran misi itu, 65 warga Dayak dibaptis menjadi Katolik. (UcanIndonesia)