Friday 1 June 2012

Friday, June 01, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Minta Bangsa Indonesia Syukuri Pancasila.
JAKARTA -  Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) seperti "lone ranger" menyerukan kepada umat Katolik seluruh Indonesia untuk terus memelihara dan menghayati Pancasila.

Ketua KWI Mgr. Martinus D Situmorang mengatakan dirinya "menangis" ketika Pancasila dipakai sebagai alat instrumen tertentu dan indoktrinasi formal seremonial.

"Kami panggil-panggil dan serukan supaya tetap hadir dan dihadirkan dalam ranah kehidupan pribadi dan bangsa, sejak tahun 1997 secara lantang dan seterusnya secara berkesinambungan," kata Martinus dalam  "Pidato Kebangsaan" Peringatan Pidato 1 Juni 1945 Bung Karno di gedung MPR/DPR di Senayan, Jakarta, Jumat (01/06/2012).

Dihadapan beberapa mantan petinggi negara, seperti mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, tiga mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Try Sutrisno, dan Hamzah Haz. serta para pimpinan MPR, jajaran menteri kabinet, dan pejabat tinggi negara, Mgr Martinus menyatakan, warga bangsa ini membahas dan membahasakan Pancasila itu sebagai filsafat yang substansif, komprehensif, dan dinamis.

"Dalam usaha menangani, mengelola, dan mencari jalan keluar dari masalah-masalah mendesak yang menimpa kita semua. Kita menemukan Pancasila sebagai kerangka dasar yang teguh," kata Mgr Martinus.

Dijelaskan, dalam mencari jalan keluar dari masalah-masalah hidup bersama sebagai bangsa maka mari kita berpedoman dan berpegang pada nilai-nilai luhur Pancasila.

"Sebagai orang beriman mengamalkan Pancasila juga menghayati iman. Dalam Pancasila kita dapat menemukan dasar untuk menembangkan persaudaraan sejati dengan sesama warga, siapa saja, ternasuk mereka yang memusuhi kita," katanya.

Ditegaskan kualitas bangsa ini akan prima, tahan uji dan bersinar kalau Pancasila tetap menjadi landasan, acuan, dan cakrawala moral dan kebijaksanaan serta praktek kemasyarakatan karena kita akan alot, tidak berantakan, bahkan berkonstribusi pada kualitas kehidupan masyarakat bangsa-bangsa dalam arus dan gelombang sekularisme, materialisme, spiritualisme dan banyak isme negatif di dunia global sekarang ini.

"Dengan Pancasila kita Indonesia! Tanpa Pancasila kita tidak siapa-siapa dan sia-sia belaka!" katanya.

Saling Melengkapi
Agama menurutnya dapat dengan mudah jatuh ke dalam ketertutupan dan ekslusivistik. Untuk itu, agama tidak boleh berdiri sendiri dan tidak boleh semua diagamakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai luhur agama harus saling melengkapi dengan nilai-nilai luhur Pancasila.

Sebab pertentangan dalam agama dapat diselesaikan dengan Pancasila. Begitu pula dengan ketertutupan antar agama, yang menurutnya dapat dibuka dengan Pancasila.

Namun, lanjut dia, dalam pertemuan dengan pimpinan dan tokoh lintas agama mencuat bahwa Pancasila sepertinya tidak lagi dibicarakan, tidak lagi menjadi landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila dikhawatirkan akan terus tergusur.

"Keburukan, kelemahan, kemerosotan dalam moralitas, ketidakadilan, konflik-konflik, serta manipulasi faktual tidak akan seburam dan sebanyak ini jika Pancasila kita pegang dan hayati sebagai nilai kebangsaan dan kemasyarakatan, termasuk di kehidupan keagamaan," kata Uskup Padang ini.

Ia menambahkan, kemajuan bangsa akan jauh lebih besar jika Pancasila menjadi acuan. Untuk itu, lanjutnya, ke depan perlu ada pendidikan, penyegaran, pendalaman, peresapan, penghayatan, dan penerapan nilai-nilai Pancasila.

"Perlu pertobatan nasional, perlu kembali ke basic. Sebagai warga bangsa, menurut keyakinan iman masing-masing, patut mensyukuri nikmat Pancasila sebagai anugerah yang amat berharga dari Tuhan. Jika tidak, kita melecehkan diri kita, menghina the founding fathers, menjual diri kepada pasar politik dan ekonomi global," papar Martinus. (Kompas/Tribunnews/TimPPGI)