DAMASKUS (SURIAH) - 280 umat Kristen di desa Rableh, yang berada di perbatasan antara Libanon-Suriah disandera oleh kelompok muslim bersenjata, penyaderaan pertama terjadi pada 24 September 2012, kepada 150 orang, kemudian pada 25 September 2012 sekitar 130 warga Kristen kembali ditahan dan diculik.Sebuah sumber lokal menyatakan, para sandera ditahan di sebuah sekolah di desa Gousseh, sembari menunggu adanya uang tebusan dari keluarga mereka, lapor kantor berita Vatikan, Fides, pada 26 September 2012.
Dalam komunitas Kristen di Rableh muncul ketakutan yang besar atas penculikan tersebut, tiga orang yang telah ditebus pada penculikan pertama ditemukan tak bernyawa di tepi jalan desa Said Naya. Menurut seorang pendeta yang tidak ingin namanya disebutkan, hal ini "Bukanlah penganiayaan [berdalih agama], tetapi sebuah manufer untuk menyebarkan kecurigaan, ketidak percayaan dan berusaha menciptakan perang sektarian." Sementara itu komite muslim di wilayah itu menyatakan sedang mencari dialok dan solusi damai dengan para penculik.
"Intinya adalah komunikasi dengan kelompok tak dikenali yang diluar kendali, bersikap mandiri dan tidak berkaitan dengan kelompok pemberontak sangat susah," ucap seorang pengamat kepada Fides.
Menurut sumber Fides di Suriah, ada sekitar 2000 kelompok bersenjata yang tidak berkaitan dengan pemberontak Suriah (FSA), yang beroperasi dengan agenda mereka sendiri. Mereka mencoba merusak dan memperparah konflik antara pasukan pemberontak dan pasukan loyalis. (Fides/TimPPGI)
