Monday, 18 November 2024

Monday, November 18, 2024
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Fashion Show Merdi Sihombing x Humbang Kriya, Karya Dua Sahabat.

 

 

Fashion Show Merdi Sihombing x Humbang Kriya, Karya Dua Sahabat

 

Jakarta. 18 November 2024.

 

Bagaimana jika dua sahabat yang sangat kreatif serta peduli pada masyarakat dan lingkungan bersatu? Tentu saja sebuah karya besar akan tercipta. Itulah yang dibuktikan oleh desainer Merdi Sihombing dan Dumasi Marisina M. Samosir, Direktur PT Asuransi Sinar Mas dan pembina Rumah Kreatif Sinar Mas.

Lewat acara fashion show “Simangulampe” Merdi Sihombing x Humbang Kriya, karya besar keduanya pun ditampilkan. Acara yang diselenggarakan pada 16 November 2024 di Area Sunken Museum Nasional Indonesia ini merupakan bagian dari rangkaian acara The Flying Cloth, perayaan 25 tahun Merdi Sihombing berkarya di industri fashion.

Perjalanan kerja sama Merdi Sihombing dengan UMKM binaan Rumah Kreatif Sinar Mas, Humbang Kriya, bermulai pada tahun 2016. Saat itu Dumasi mengajak Merdi untuk membantu melatih para pelaku UMKM Humbang Kriya di Kawasan Dolok Sanggul, Sumatra Utara.

“Lewat Humbang Kriya ini saya mencoba membangkitkan kembali budaya kain ikat celup dengan mengajarkannya ke para pengrajin Humbang Kriya. Yang saya ajarkan bukan hanya dari cara membuatnya, tapi juga bahan-bahan pewarnanya yang semua berasal dari alam,” jelas Merdi.

Dari situlah muncul produk unggulan dari Humbang Kriya yang bernama Humbang Shibori. “Humbang Shibori jadi produk yang sangat disukai karena motifnya yang unik dan kainnya juga nyaman dipakai. Selain itu, produk ini mendukung sustainable fashion lewat teknik pewarnaannya yang alami,” ungkap Dumasi.

Bahan Pewarna dari Sampah Hotel

Sejak awal para pengrajin Humbang Kriya telah memanfaatkan bahan-bahan dari alam sebagai pewarna alami kain mereka, seperti rumput, kayu, dan tanaman lainnya. Nah, di tahun 2024, Merdi menggagas sebuah ide baru kepada Humbang Kriya untuk menggunakan sampah dapur hotel sebagai bahan pewarna kain Humbang Shibori.

“Saat ini kita bekerja sama dengan Coffee Hotel Ayola Dolok Sanggul (CHADS) untuk mengumpulkan sampah dapur mereka, seperti kulit kentang, kunyit, wortel, dan aneka buah-buahan. Sampah ini akan direbus hingga keluar warnanya, lalu disaring airnya. Nah, kain yang sudah diikat-ikat akan direndam dalam air itu. Proses merendamnya pun harus berkali-kali sehingga butuh waktu lama,” jelas Dumasi.

Meskipun kali ini baru berkolaborasi dengan satu hotel, Dumasi berharap di masa depan akan lebih banyak lagi hotel-hotel yang mau bekerja sama dalam memberikan sampah dapur mereka.

Persembahan untuk Simangulampe

Merdi mengatakan bahwa fashion show ini penuh dengan cerita. Selain cerita tentang produk Humbang Kriya, fashion show ini juga persembahan khusus untuk warga Desa Simangulampe, Sumatra Utara yang mengalami bencana gempa bumi dan longsor di tahun 2023 lalu.

“Beberapa warga Desa Simangulampe ikut membuat kain Humbang Shibori yang ditampilkan di fashion show ini. Jadi, kita membantu mereka untuk mendapatkan sumber penghasilan baru setelah daerah mereka mendapat musibah,” kata Dumasi.

Sebuah film pendek tentang pengalaman para pengrajin dari Simangulampe yang ikut serta dalam membuat kain Humbang Shibori pun turut ditampilkan pada awal peragaan.

Ada 15 koleksi yang dihadirkan Merdi Sihombing x Humbang Kriya pada malam itu. Koleksi ini merupakan kain sutra motif Humbang Shibori yang dipadukan dengan kain tenun songket dan ulos dari Merdi Sihombing.

Warna-warna cerah dari kain tenun Merdi terlihat serasi dengan kain Humbang Shibori yang lebih lembut dengan warna khas alam. Sebagai pelengkap, Merdi juga menambahkan tas kerajinan dari tanaman purun serta aksesoris dari recycle kaca dan pengrajin perak.

Sedangkan untuk desain busananya, Merdi terinspirasi dari perjalanan sejarah baju tradisional Batak yang mulai dipengaruhi budaya melayu.

“Saya ingin memperlihatkan the journey of Batak Clothing lewat peragaan ini. Jadi, ketika dulu budaya melayu mulai masuk ke budaya Batak, para wanita Batak memakai baju kurung. Nah, koleksi Humbang Shibori ini sebagian besar aku jadikan baju kurung yang aku padukan dengan kain tenun Merdi Sihombing,” jelas Merdi.

Dumasi merasa bersyukur mendapatkan dukungan dari banyak pihak dalam menjalankan proyek Rumah Kreatif Humbang Kriya. Salah satunya dari Komunitas Srikandi Bisnis dan Keuangan Indonesia yang menjadi model dalam peragaan busana ini. Sejumlah tokoh wanita yang tampil dalam fashion show ini, antara lain Aviliani, Vera Eve Lim, Lies Permana Lestari, Miranda Goeltom, dan Shinta Maruarar Sirait pun tampil mempesona di atas runway dengan koleksi Merdi Sihombing x Humbang Kriya.

“Dukungan dari banyak pihak inilah yang membuat Humbang Kriya bisa berhasil seperti sekarang ini. Hingga produk kami bisa dikenal luas bahkan sampai ke luar negeri. Tentunya ini sangat membantu para pengrajin Humbang Kriya di Dolok Sanggul,” ungkap Dumasi.

Merdi Sihombing mengatakan kalau pergelaran The Flying Cloth ini adalah proyek kolaborasinya dengan berbagai pihak. Terutama pihak pengrajin lokal yang menampilkan budaya khas mereka tersendiri dan tetap menjunjung konsep keberlanjutan. Diharapkan dengan melihat pergelaran ini pengetahuan masyarakat tentang sustainability serta budaya Indonesia di bidang fashion akan semakin luas, bahkan mendunia.

****

Tentang Merdi Sihombing

Merdi Sihombing adalah lulusan Ilmu dan Desain Mode dengan hasrat untuk menafsirkan kembali tekstil tradisional dan pewarna alami dalam mode kontemporer. Terinspirasi oleh budaya Bataknya, ia mengeksplorasi keahlian tradisional dalam desain modern. Karyanya merayakan warisan budaya orang Batak yang kaya sambil merangkul inovasi dan mendorong batas kreativitas. Perjalanannya mencakup studi mode di Bunka dan ESMOD, kerajinan tekstil di Institut Kesenian Jakarta, dan kolaborasi berkelanjutan dengan komunitas adat di seluruh Indonesia. Dia berbasis di Jakarta – Indonesia, tetapi hatinya juga tinggal di Pulau Samosir – Sumatera Utara, Indonesia, kampung halamannya, di mana dia menjalankan pusat tenun Ulos bersama istri dan tiga putrinya.

(Hotben)