dusun Pasapuat |
TUAPEJAT (SUMBAR) -Seberapa parahnya kondisi desa-desa di Kecamatan Pagai Utara setelah dikoyak gempa 7,2 SR dan tsunami Senin (25/10) bisa dibayangkan lewat laporan pandangan mata mantan Ketua DPRD Mentawai Kortanius Sabeleake yang memantau langsung kondisi di TKP sepanjang Rabu (27/10) seperti yang dilaporlannya ke Posko Lumbung Derma Peduli Gempa Tsunami Mentawai di Sekretariat YCM Mentawai, Kampung Nias Padang.
Kortanius berangkat pukul 06.00 WIB dari Tuapeijat , Kecamatan Sipora Utara yang juga merupakan ibukota Kabupaten Mentawai. Bersamanya ikut beberapa staf YCM Mentawai dan AMA-PM (Aliansi Masyarakat Adat-Peduli Mentawai). Laporannya masuk pukul 14.20 WIB. Berikut detailnya.
Di Mapinang, air masuk sekitar 100 meter dari bibir pantai, tapi tidak sampai ke rumah warga karena terhalang banyaknya pohon kelapa. Namun seluruh warga tetap mengungsi ke tempat yang lebih tinggi untuk mengantisipasi bencana susulan.
Di Pinaeruk, rumah warga sempat diterjang dan terendam air, rumah-rumah yang rata-rata terbuat dari kayu banyak yang rusak, warga masih mengungsi.
Di Bubukuk, perumahan warga diselamatkan bangunan sekolah dan rumah guru, Korta tak menjelaskan nama SD tersebut yang hancur lebur diterjang tsunami itu.
Di Pasapuat, sekitar 75 persen bangunan luluh lantak dihajar tsunami. Ada rumah beton yang masih utuh, tapi seluruh isinya hanyut dibawa air. Beberapa rumah terangkat dari fondasinya dan dpindahkan air ke tempat lain, dindingnya remuk terbanting-banting.
Speed boat, sampan, kapal ikan bertebaran di jalan dan halaman rumah warga. Beberapa kayu gelondongan bergelimpangan melintangi jalan di hampir seluruh kawasan pemukiman. Seluruh warga mengungsi hanya dengan pakaian yang lekat di badan.
“Kini mereka sangat membutuhkan pakaian, lebih dari kebutuhan mereka terhadap makanan dan obat-obatan,” katanya.
Di Bulaubugei kondisinya hamper sama dengan Pasapuat. Beberapa sampan dihantamkan sampai remuk ke dinding gereja yang berlokasi sekitar 50 meter dari bibir pantai. Warga masih mengungsi ke tempat-tempat yang lebih tinggi. Sebagian lari ke Sikakap dan Tuapeijat seperti juga yang dilakukan warga Pasapuat.
“KIni saya siap-siap menuju Pagai Selatan, mau lihat kondisi Bulasat dan Malakopak,” kata Korta sekitar satu jam lalu. ran
Kortanius berangkat pukul 06.00 WIB dari Tuapeijat , Kecamatan Sipora Utara yang juga merupakan ibukota Kabupaten Mentawai. Bersamanya ikut beberapa staf YCM Mentawai dan AMA-PM (Aliansi Masyarakat Adat-Peduli Mentawai). Laporannya masuk pukul 14.20 WIB. Berikut detailnya.
Di Mapinang, air masuk sekitar 100 meter dari bibir pantai, tapi tidak sampai ke rumah warga karena terhalang banyaknya pohon kelapa. Namun seluruh warga tetap mengungsi ke tempat yang lebih tinggi untuk mengantisipasi bencana susulan.
Di Pinaeruk, rumah warga sempat diterjang dan terendam air, rumah-rumah yang rata-rata terbuat dari kayu banyak yang rusak, warga masih mengungsi.
Di Bubukuk, perumahan warga diselamatkan bangunan sekolah dan rumah guru, Korta tak menjelaskan nama SD tersebut yang hancur lebur diterjang tsunami itu.
Di Pasapuat, sekitar 75 persen bangunan luluh lantak dihajar tsunami. Ada rumah beton yang masih utuh, tapi seluruh isinya hanyut dibawa air. Beberapa rumah terangkat dari fondasinya dan dpindahkan air ke tempat lain, dindingnya remuk terbanting-banting.
Speed boat, sampan, kapal ikan bertebaran di jalan dan halaman rumah warga. Beberapa kayu gelondongan bergelimpangan melintangi jalan di hampir seluruh kawasan pemukiman. Seluruh warga mengungsi hanya dengan pakaian yang lekat di badan.
“Kini mereka sangat membutuhkan pakaian, lebih dari kebutuhan mereka terhadap makanan dan obat-obatan,” katanya.
Di Bulaubugei kondisinya hamper sama dengan Pasapuat. Beberapa sampan dihantamkan sampai remuk ke dinding gereja yang berlokasi sekitar 50 meter dari bibir pantai. Warga masih mengungsi ke tempat-tempat yang lebih tinggi. Sebagian lari ke Sikakap dan Tuapeijat seperti juga yang dilakukan warga Pasapuat.
“KIni saya siap-siap menuju Pagai Selatan, mau lihat kondisi Bulasat dan Malakopak,” kata Korta sekitar satu jam lalu. ran
Dusun Pasapuat dan Bosua Terparah
Kondisi Dusun Pasapuat, Desa Saumanganya, Kecamatan Pagai Utara sehari setelah dilanda tsunami. Rumah terangkat dan pindah lokasi dibawa terjangan air.
Saumanganya, Kecamatan Pagai Utara juga remuk dihantam tsunami yang ditimbulkan oleh gempa 7,2 SR di kawasan Pagai Senin (25/10) malam.
Demikian laporan wartawan Puailiggoubat Rapot Pardomuan Simanjuntak dari Tuapeijat dinihari tadi (Rabu 27/10), yang menemui para pengungsi di Tuapeijat Selasa (26/10) malam.
Dari foto-foto yang diabadikan warga, terlihat rumah-rumah yang remuk dan hampir roboh dihantam gelombang tsunami dan bangkai-bangkai kayu raksasa yang dibawanya.
Terlihat juga speed boat dan perahu yang terlempar ke jalan desa. “Banyak warga yang mengungsi ke Sikakap dan Tuapeijat malam itu juga, ada juga yang berangkat pagi berikutnya, mereka nekad menaiki speedboat menyeberangi selat dan sampai di Tuapeijat Selasa (26/10) pagi,” ujar Rapot.
Kondisi serupa dialami dusun-dusun di Desa Bosua, Kecamatan Sipora Selatan. Air laut menerjang pemukiman penduduk sampai ratusan meter dengan ketinggian gelombang mencapai satu sampai dua meter di bibir pantai.
“Ratusan orang mengungsi ke perbukitan di sekitar desa, sebagian lain lari ke Tuapeijat dengan speedboat,” kata Rapot menirukan omongan para pengungsi dari Bosua tersebut. Belum diketahui data korban dan kerusakan.
Sumber: Puailligoubat
Related: