Berada di Jalan El Tari I-Kupang menjadikan bangunan ini selalu menjadi perhatian setiap orang yang melintas. Apalagi bangunan ini berada di jalan protokol yang merupakan jalan yang sering dilewati tamu-tamu VIP bahkan VVIP baik dari pusat maupun dari luar negeri.
Bagi masyarakat kristen di Kota Kupang, gereja ini juga selalu menjadi titik awal Pawai Kemenangan Paskah yang rutin diselenggarakan setiap tahun pada perayaan Paskah kedua. Inilah gedung Gereja Masehi Injili Timor (GMIT) Jemaat Anugerah - Kupang.
Pada tanggal 19 Juli lalu, jemaat gereja ini merayakan HUT ke- 40 (Panca Windu). Meski baru berusia 40 tahun, gereja ini telah mengembangkan wilayah pelayanan hampir di semua wilayah Kota Kupang dan Kabupaten Kupang.
Refleksi sejarah geraja ini kembali ditunjukkan pada perayaan HUT ke-40 Gereja Anugerah Kupang, Minggu (25/7/2010) lalu. Refleksi dalam bentuk drama singkat itu menggambarkan pada awal berdirinya, perjalanan dan pelayanannya hingga kini.
Pada mulanya Jemaat Anugerah merupakan pos pelayanan Jemaat GMIT Syalom Airnona-Kupang. Kerinduan warga wilayah Naikoten untuk memiliki gereja sendiri membuat warga keluarga jemaat di wilayah Kampung Sabu-Naikoten terdorong untuk mendirikan gereja. Dorongan ini juga tidak terlepas dari jarak yang jauh dengan wilayah Airnona.
Karena belum memiliki gedung, ibadah hari Minggu pada tahun 1960-an di wilayah ini dilaksanakan di bawah pohon jawi-jawi yang berada di halaman rumah Ny. Wehelmina Ludji.
Pada drama perjalanan Jemaat Anugerah pada ibadah HUT ke- 40 Jemaat Anuegerah, Minggu (25/7/201), Clif Tafuli menyebutkan, ibadah pada awal kehadiran gereja ini dilakukan berpindah-pindah dari rumah ke rumah, antara lain di kediaman Marthen Doga, YY. Djami dan keluarga Y.Lena Kaho.
Pada sekitar tahun 1963-1964, jemaat memutuskan untuk membuat sebuah los panjang beratap daun gewang di halaman rumah Ny. Welhelmina Ludji dan Marthen Doga. Di tempat sederhana inilah ibadah hari Minggu berlangsung sekitar tiga tahun.
Selanjutnya, Damaris menyebutkan, pada tahun 1967, los panjang tersebut dipindahkan ke bagian timur, tepatnya di lokasi gedung Gereja Anugerah saat ini. Los panjang yang tadinya beratap daun, secara swadaya dan perlahan diganti dengan daun alang-alang. Jemaat kemudian memberi nama Gereja Motorpol Cabang Syalom Airnona.
Diberi nama Motorpol karena gereja ini berdekatan dengan tempat kendaraan milik Polri (Polda NTT) yang di pool-kan di satu tempat.
Jemaat kemudian mulai mencari nama untuk identitas gereja. Berbagai nama mulai diwacanakan untuk gereja ini, dan temukanlah nama Gereja Sola Gratia yang berarti hanya oleh anugerah.
Namun sebagian besar warga jemaat yang berasal dari Suku Sabu merasa nama tersebut terlalu sulit untuk diucapkan. Nama Solagratia tersebut diganti lagi dengan nama Anugerah.
"Jadi masyarakat saat itu merasa asing dengan nama itu, lidah mereka sulit menyebut nama itu. Pdt. Ngefak saat itu mengganti nama itu dengan Anugerah ini," kata pelayan di Gereja
Anugerah, Pdt. Any Sapay Mella, S.Th.
Clif dalam narasinya melanjutkan, pada awal berdirinya warga jemaat gereja ini hanya 35 KK. Perkembangan dari tahun ke tahun semakin menambah pula warga jemaat ini sehingga timbul keinginan untuk membangun sebuah gedung gereja yang permanen.
Keinginan ini semakin mantap ketika gereja mendapat tanah yang diserahkan Luis Oematan atas nama keluarga Oematan. Catatan terakhir berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan Badan Pertahanan Nasional (Kantor Agraria saat itu-red) 11 Juli 1970.
Dan, pada bulan Juli 1970 dimulainya pembangunan gedung gereja saat ini dengan penggalian fondasi dan peletakan batu pertama oleh Ketua II Dewan Gereja Indonesia (sekarang PGI), Pdt. Probowinoto, M.Th pada tanggal 19 Juli 1970.
Ketua panitia pembangunan saat itu adalah Drs. Titus Uly dan Wakil Ketua, Yusuf M. Koamesah. Pembangunan gereja ini selesai pada 16 November 1976.
Gedung Baru
Seiring perjalanan waktu, maka jemaat gereja ini juga terus bertambah. Untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan kota serta lokasi gereja yang berada di jalan protokol mendorong jemaat untuk membangun gedung gereja yang baru.
Saat itu, jemaat Anugerah dipimpin Pdt. Lewi Pingga, S.Th. Rancangan gedung baru dibuat warga jemaat Anugerah, Misael Y. Milla, ST.
Proses pembangunan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan jemaat. Pembangunan gedung ini diawali pembangunan bagian depan, balkon dan menara. Kemudian proses pembangunan sempat terhenti karena keterbatasan dana.
Pada tahun 2000/2001, proses pembangunan dilanjutkan dibawa pimpinan Pdt. Theresia Fulbertus, B.Th (alm). Bangunan tersebut selesai dibangun tanggal 31 Oktober 2004 dan diresmikan oleh Gubernur NTT, Piet A. Tallo, S.H.
Kehadiran unsur Polri yang merupakan bagian dari jemaat gereja ini telah memberikan andil yang tidak sedikit dalam perjalanan pembangunan gereja ini. Dan, hingga kini sebagian umat Kristen penghuni asrama Polda NTT merupakan warga jemaat Anugerah.
Warga jemaat GMIT Anugerah saat ini mencapai 226 KK atau sebanyak 1.073 orang yang tersebar di enam rayon.
Sumber:http://www.pos-kupang.com/read/artikel/51143/bianglala/gereja-anugerah-bermula-di-bawah-pohon