Friday, 29 October 2010

Friday, October 29, 2010
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Pemuda Batu Karang Koenino Bangun Bank Sampah.
KUPANG, (NTT) - Pemuda gereja Batu Karang Koenino sepakat membangun bank sampah. Mereka juga akan memilah sampah yang masih bisa dimanfaatkan, untuk dijual kepada para pengepul.

"Untuk mengurangi sampah yang diangkut ke lokasi TPA di Alak maka kami sudah mendorong para pemuda di gereja agar bisa mendirikan bank sampah dan mereka sudah setuju serta telah membuat kelompok-kelompok," jelas Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Kupang, Drs. Adrianus Lusi, MM, saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (26/10/2010).

Bank sampah, lanjut Lusi, akan berfungsi untuk manampung sampah-sampah terutama sampah anorganik. Setelah itu mereka akan beklerja untuk memilah sampah-sampah, selanjutnya dijual ke para penampung.

"Bank sampah ini akan menggantikan para pemulung. Jika sudah ada bank sampah maka para pemulung tidak boleh lagi masuk ke daerah tersebut," jelasnya.

Sampah anorganik itu misalnya gelas plastik dan besi bekas. Di Kota Kupang, ada delapan orang yang bersedia menampung sampah anorganik dan penghasilan mereka cukup besar.

Lusi menyebutkan, rata-rata produksi sampah di Kota Kupang ini mencapai 926 meter kubik dengan perincian sampah organik sekitar 500an meter kubik dan sampah anorganik sekitar 400an meter kubik.

"Yang kami harapkan adalah sampah yang dibawa ke TPA adalah residu baik itu sampah organik maupun anorganik dengan volume sekitar 100 meter kubik namun kenyataanya, tidak  seperti itu, semua sampah dibuang ke TPS tanpa ada daur ulang," ungkapnya.

Lusi mengatakan, sampah berupa kantong plastik itu cukup banyak karena itu dia mengharapkan agar masyarakat bisa mengurangi pemakaian kantong plastik karena plastik tidak bisa terurai.

Mengenai pembangunan TPA Alak, Lusi menyebutkan, pembangunan tanggul dua yang direncanakan pada tahun 2010 ini untuk sementara belum dilakukan karena tanggul pertama yang dibangun tahun 2009 masih berfungsi.

"Tanggul tersebut bisa menampung sampah sekitar tiga tahun. Sehingga tanggul kedua belum dibangun," ujarnya.

Namun, lanjut Lusi, untuk menggunakan sistem kontrol land fill atau sistem sel dimana sampah dimasukan lalu ditutup dan dipadatkan dengan alat berat belum bisa digunakan karena pengelola kesulitan dengan alat berat.

"Kalau mau gunakan alat berat maka biaya untuk sewa terlalu besar sekitar dua juta per hari. Tetapi dari propinsi akan membantu berupa alat berat dan diperkirakan pada bulan November nanti alat berat tersebut bisa tiba di Kupang," ujar Lusi. 

Sumber: Pos Kupang