YOGYAKARTA - Kurikulum di Sekolah perlu ditinjau ulang tentang hal pemahaman kemajemukan bangsa agar sejak awal generasi muda bangsa menghargai kemajemukan dan perbedaan yang kita miliki sebagai bangsa Indonesia.
Perlu rekonstruksi pemahaman pluralitas. Negara Republiik Indonesia dibangun atas atas kemajemukan. Hal ini pula sudah dijamin dalam UUD 1945 dan Pancasila. Karenanya kemajemukan bukan sebuah ancaman. Bahkan kemajemukan dan perbedaan adalah awal dari keindahan dan kesemarakan kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Hal tersebut disampaikan Pdt WTP Simarmata MA di Yogyakarta (9/10) dalam sebuah
Talk Show Lintas Agama dan Generasi di Yogyakarta yang diselenggarakan oleh Pemuda HKBP Yogyakarta. Hadir sebagai pembicara pada acara tersebut adalah Pdt WTP Simarmata MA, DR Zainuddin dari Nahdatul Ulama dan Inayah Rohmaniyah SAg MHum MA dari Muhammadiyah keduanya adalah Dosen Universitas Negeri Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Diskusi dan tanya jawab pada saat itu sangat tajam dan bersahabat penuh tolerasi dan rasa kekeluargaan sebagai sesama anak bangsa dihadiri sekitar 300 lebih mahasiswa dan pemuda, dosen, pemuka masyarakat dari berbagai lapisan masyarakat dan agama.
Lebih jauh Pdt Simarmata menegaskan bahwa negara kita bukan negara agama dan bukan pula negara sekuler. Karenanya negara dan pemerintah memiliki tugas dan tanggungjawab bahkan boleh disebut negara wajib melindungi warganya dalam menjalankan ibadahnya. Kebebasan beribadah bukan dari negara apalagi dari pemerintah, sebab kebebasan itu sendiri adalah bersumber dari Tuhan yang Maha Pencipta itu. Pdt WTP Simarmata MA sangat menghargai kerukunan umat dan toleransi beragama di Yogyakarta di mana tokoh-tokoh masyarakat lintas budaya hadir di dalam gereja berbicara bersama bagaimana membangun bangsa hari ini dan ke masa depan. Kami sendiri duduk di depan altar gereja berbicara dengan baik dan tenang dipandu oleh Moderator Ahmad Nyarwi MSi Dosen Ilmu Komunikasi UGM. Hampir jarang ditemukan hal seperti itu.
Menurut Inayah Rohmaniyah MHum MA akar masalah yang sering terjadi di beberapa wilayah Indonesia lantaran terdapat perbedaan dalam memahami ajaran agama sehingga menghasilkan intepretasi yang berbeda serta adanya kepentngan kepentingan tertentu yang melatarbelakanginya seperti politik dan ekonomi. Sebagian besar yang terlibat dalam kerusuhan tersebut adalah pemuda. Untuk itu para pemuda perlu mendalami lebih tajam lagi sejarah perjuangan bangsa dan sejarah berdirinya bangsa ini. NKRI berdiri bukanlah perjuangan dari satu agama, suku atau budaya.
Dr Zainuddin mengemukakan jika saat ini masih banyak terjadi kerusuhan atas dasar perbedaan yang ada berarti kita belum siap berbeda. Kehadiran kita yang berbeda seharusnya diarahkan kepada keharmonisan.
Kehadiran Pdt WTP Simarmata MA di Yogyakarta adalah dalam rangkaian kunjungannya sebagai Ketua Umum PGI Wil Sumut dan sebagai Ketua Rapat Pendeta HKBP menghadiri berbagai acara seperti Dialog antar umat beragama, pembinaan pelayan HKBP dan Majelis Jemaat. Pdt Simarmata juga menghadiri acara Jubileum 25 tahun Pdt Monang Silaban STh dan juga Peluncuran Buku 25 Tahun Pelayanannya. Dalam buku tersebut banyak dimuat peran Harian SIB yang telah membantunya dalam memperjuangkan pembangunan gereja HKBP di Binjai. Dalam buku tersebut diucapkan banyak terimakasih kepada DR GM Panggabean atas dorongan dan dukungan yang telah diterima oleh Pdt Monang Silaban selama menjabat Praeses HKBP Distrik Langkat.
Sumber: Harian SIB