"Kita berharap menjelang Natal pada Desember 2010 korban gempa dan tsunami sudah bisa tempati hunian sementara," kata Wakil Gubernur Sumbar, Muslim Kasim kepada wartawan di Padang, Rabu.
Wagub menjelaskan, material bangunan berupa papan kayu triplek, seng dan paku untuk hunian sementara korban gempa tsunami sudah mulai dikirikan pada (3/11) dengan kapal ke Sikakap.
Pembangunan hunian sementara untuk korban tsunami Mentawai, oleh pemerintah provinsi dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah (BNPB) sebagai assesment.
Jadi, pembangunan hunian sementara bukan atas nama satu lembaga, atau pemerintah daerah saja, tetapi secara bersama-sama yang dikelolah Pemprov Sumbar melalui Dinas Prasjal dan Tarkim provinsi.
Namun, dalam pelaksanaanya pembangunan di lapangan, tentu akan melibat dan diberdayakan berbagai pihak, di antaranya NGOs, serta masyarakat setempat.
"Dana untuk pembangunan hunian sementara bagi korban tsunami Mentawai, bersumber dari bantuan-bantuan yang telah disalurkan berbagai pihak," kata Wagub.
Kepala Dinas Prasjal dan Tarkim Sumbar, Dody Ruswandi kesampatan yang sama menambahkan, pihaknya sudah mulai memasok material bangunan hunian sementara ke Sikakap.
Setelah nantinya sampai di Sikakap, tambahnya, baru selanjutnya akan didustribusikan ke lokasi titik-titik hunian sementara yang sudah direncanakan.
Pembangunan hunian sementara untuk tahap awal, dipusat di Dusun Muntei sebanyak 76 unit, yang secara teknis akan diawasi fasilitator dari pegawai Prasjal Sumbar yang sudah berada di lokasi.
Sedangkan material bangunan, tambah Dody, seperti untuk tiang dan lantai hunian sementara itu, diambilkan dari bahan pohon kelapa milik warga setempat yang cukup tersedia.
Jadi, pekan ini sudah mulai bergerak untuk pengerjaan hunian sementara untuk korban tsunami di Muntei. Untuk mengetahui data jumlah hunian sementara bagi warga yang rumah hancur akibat tsunami, terus dilakukan 13 tim assesment Prajal dan Tarkim Sumbar di lapangan.
Namun demikian, Dody memperkirakaan diperlukan hunian sementara itu, sedikirnya 800 unit dengan lokasi yang jauh dari bibir pantai atau berada di kawasan perbukitan.
"Kita sudah dapat gambar hunian sementara dari BNPB. Bahkan, kalau memungkinkan tak tertutup kemungkinan tiga unit digabung satu, tentu akan lebih baik dan cepat, tapi tergantung pada lokasi saja," katanya.
Data sementara jumlah rumah penduduk yang hancur atau rusak berat akibat gempa dan tsunami pada (25/10) lalu, sedikitnya sekitar 517 unit rusak berat, dan tercatat 204 unit rumah rusak ringan.
Gempa dengan kekuatan 7,2 SR disusul gelombang tsunami dengan ketinggian capai 12 meter terjadi di Kabupaten Mentawai menyebabkan 428 orang meninggal dunia.
Korban yang mengalami luka-luka ketika terjadi gempa dan Tsunami yakni, 172 orang mengalami luka berat, 325 orang kondisi luka ringan. Warga yang berada pada tempat pengungsian sebanyak 15.097 jiwa.
Sumber: Antara