JAYAPURA (PAPUA) - KKR yang dilaksanakan lima hari (5-9/11) di tiga tempat yakni Wamena, Jayapura dan Sentani ini menyentak iman Kristen orang-orang yang mendengarkan khotbahnya, Sedemikian kentalnya khotbah yang disampaikan sehingga membuat umat Kristiani yang mengikuti KKR itu mengaku tersentak dan merasakan perlunya kembalikan iman yang benar. selama ini pengertian iman Kristen-nya masih dangkal dan ia tercelikkan dengan Firman Tuhan yang disampaikan oleh Pdt Stephen Tong.
“Saya merasakan suatu tamparan yang halus, saya merasa diajak untuk kembali melihat kembali tujuan mempercayai Yesus Kristus sebagai Anak Allah yang kini sudah mulai dipengaruhi oleh berbagai macam pengaruh duniawi yang kurang mengagungkan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat dan yang terutama tentang Tritunggal yang kadang membingungkan ” ujar Yohannis B, mahasiswa dari Uncen saat ditemui sedang mengikuti KKR di PTC Entrop (7/11).
Pendeta Stephen Tong pada khotbahnya pada seminar di GOR Cenderawasih, Jayapura, Rabu (9/11), mengungkapkan tujuan kedatangannya ke Papua “maksud saya datang ke Papua untuk mencelikkan mata orang Papua agar waspada pada segala bentuk hal yang bernama pelayanan sehingga tidak mudah sesat” Ujar Pdt Tong.
Menurutnya orang papua masa kini banyak yang jadi orang Kristen yang imamnya lemah hingga membuat kekristenan hanya sekedar perayaan seremonial saja bukannya pendalaman iman Kristen. Ia juga meminta kesediaan umat Kristen di Papua untuk berani mempertahankan Imam mereka walaupun diserang oleh berbagai macam pengaruh duniawi yang kian menghadang “Saya bayar harga ajak umat Papua untuk berani berjuang untuk Iman Sejati”.
Pada KKR dan Seminar tersebut ajakan agar umat Kristen di Papua agar dapat sadari kedangkalan Kekristenan dan penyelewengan Theologi yang selama ini dihadapi sangatlah kental dan tajam, sehingga terasa menusuk hati orang orang yang mangkir dihadapanNya. “yang mereka butuhkan hanyalah kembali pada Ajaran Tritunggal yang menekankan Keselamatan menuju Allah Bapa hanyalah melalui Kristus dan dinaungi oleh kuasa Roh Kudus yang menemani jalan kehidupan hari-lepas hari” Ujar Pdt Stephen Tong pada KKR di Entrop (8/11).
Menurutnya Kekristenan sudah diguncang oleh iblis dan sekutu-sekutunya sejak awal Pentakosta pada 2000 tahun yang lalu sehingga bentuk-bentuk penyelewengan itupun muncul dan masih bercokol dalam kehidupan Kekristenan sekarang ini.
Sebab kini banyak pemimpin gereja, pendeta, pejabat pemerintah dan orang-orang yang mendapat posisi strategis yang menjadi sombong karena kehebatan yang dilakukan olehnya, tanpa lagi bersandar pada Tuhan Allah, namun begitu para pemimpin duniawi ini sering ketakutan jika diancam musuh, Mereka sering mengandalkan diri mereka sendiri daripada kepentingan orang banyak, mereka akan terlihat kaku saat melakukan kebaikan. Sedangkan bagi pemimpin yang bersandar pada Tuhan, ia takkan gentar menghadapi musuh. Sebab pemimpin sejati akan maju kedepan menolong orang-orangnya menghadang musuh yang menantang. Dan segala yang dilakukan terasa tulus.
Selain itu juga ia membeberkan tentang banyaknya gereja masa kini yang asal-asalan pelajari Firman Tuhan, mereka menyesuaikan konteks pembacaan dengan keinginan pribadi mereka tanpa melihat arahan Roh Kudus. Demikian pula bentuk kehidupan yang dipenuhi Roh Kudus yang hanya sekedar pada glossalia yang hanya melihat tujuan berkata-kata lidah tanpa ada perilaku lanjutan yang baik dan benar yang seharusnya ditanamkan pada hidup sehari-hari yakni menjalani hidup kudus dan suci dihadapan Tuhan, seperti mencontoh pada kehidupan Yusuf dan Daniel pada Alkitab.
Terkait dengan banyaknya pendeta di gereja yang asal-asalan pelajari firman Tuhan dan sesuaikan konteks dari sudut pandang pribadi, ketua panitia KKR Pdt Lipiyus Biniluk saat ditemui di Sentani (19/11) menyatakan bahwa yang dipermasalahkan oleh pendeta Stephen Tong adalah masalah motivasi pelayanan, bukan permasalahan doktriner gereja. “beliau permasalahkan motivasi pelayanan hamba-hamba Tuhan yang tidak murni”.
“Pendeta Stephen Tong menyinggung tentang jemaat yang cinta Tuhan dan hidup baik dan sejahtera dan lebih tekankan orang Kristen yang siap pikul salib” Jelas Pendeta yang juga ketua Gereja Injili di Indonesia (GIdI) yang berkantor pusat di Sentani ini, berkaitan dengan tujuan khotbah Pdt Stephen Tong selama lima hari tersebut.
Sedangkan jika ada orang yang tersinggung mendengar khotbah tersebut maka orang itu benar-benar butuhkan sentuhan dari Tuhan, “sebab Firman Tuhan adalah pedang bermata dua bagi orang yang masih setengah hati menjalankan segala yang dikatakan oleh Firman Tuhan”
Hal-hal yang menurutnya berman faat dan dapat dipergunakan dalam pelayanan antara lain; Proses pembentukan karakter, Masalah disiplin dalam kebaktian, disiplin dalam keuangan, disiplin dalam waktu, dan penghargaan dan penggunaan (pemanfaatan) yang maksimal atas segala hal dan sumber daya yang dimiliki. “hal hal inilah yang sering dilupakan atau tidak diterapkan pada gereja-gereja di Papua”. Ujarnya menutup pembicaraan.
Sumber: Berbagai Sumber