Thursday, 25 November 2010

Thursday, November 25, 2010
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Lembaga Pelatihan Theology Of the Body InsighT (TOBIT) Diluncurkan. JAKARTA - Gereja Katolik Indonesia boleh berbangga dengan diluncurkannya lembaga khusus untuk mengajarkan Teologi Tubuh oleh Domus Cordis, sebuah wadah pemersatu anak muda Katolik yang berada di bawah naungan Keuskupan Agung Jakarta.

Lembaga pelatihan dengan nama Theology Of the Body InsighT (TOBIT) diluncurkan Sabtu, 20 November, di Jakarta pada acara puncak True Love Celebration (TLC) yang sudah dijalankan selama sembilan bulan.

Romo Deshi Ramadhani, SJ, selaku moderator, mengatakan gagasan pembentukan lembaga pelatihan ini merupakan akumulasi dari pengalaman menjalankan rangkaian acara TLC bersama orang-orang muda sejak program itu sendiri dimulai bulan Maret.

“Pewartaan Theology of the Body penting untuk bangsa,” kata Romo Deshi, dan “secara khusus untuk orang-orang muda Katolik.”

Ia menambahkan lembaga pelatihan ini, meskipun berada di bawah naungan Keusukupan Agung Jakarta namun akan menjangkau semua keuskupan di Indonesia.

“Kami berharap orang-orang dari keuskupan-keuskupan datang untuk belajar bersama kami di TOBIT,” lanjutnya.

“TOBIT lahir dari kemauan untuk mewujudkan dunia baru yang berlandaskan budaya cinta, di mana setiap orang baik pria maupun wanita menghayati seksualitas, relasi, dan panggilan hidup sesuai dengan rencana Tuhan,” kata Yurika Agustina, Direktur Eksekutif TOBIT.

“Dengan ini, harapan kami untuk membebaskan orang-orang dari pemahaman-pemahaman yang salah tentang seks semakin terwujud,” lanjut Yuri yang sudah menjadi pelayan purna waktu di Gereja Katolik sejak tahun 1993.

Lembaga pelatihan ini merupakan bagian dari upaya menawarkan nilai-nilai kebenaran seksualitas dan mengajarkan Teologi Tubuh berdasakan pandangan mendiang Paus Johanes Paulus II, dan sesuai dengan konteks Indonesia.

Program yang ditawarkan (diajarkan) cukup banyak antara lain pengetahuan dasar dan lanjutan tentang TOB, pelatihan bagi para pengajar, menawarkan retret, rekoleksi, seminar, konferensi regional dan nasional, serta pendidikan untuk kelompok-kelompok tertentu seperti kaum selibat, anak muda dan pasangan suami istri.

“Namun untuk tahap awal kami akan fokus pada pelatihan bagi para pengajar yang kemudian akan ditugaskan untuk turun ke wilayah-wilayah,” kata Yuri.

Menepis anggapan ‘terlalu ambisius’

TOBIT tidak terlepas dari keinginan Domus Cordis untuk meluruskan pemahaman keliru tentang seksualitas, serta kemauan kuat untuk memangkas statistik tentang kecendrungan seks bebas di kalang remaja Indonesia yang masih tinggi.

Data yang disampaikan KOMNAS Anak bahwa berdasarkan survei tahun 2008 terhadap 4500 remaja di 12 kota besar di Indonesia, 93,7% mengaku sudah melakukan petting dan seks oral, 62,7% pelajar SMP sudah kehilangan keperawanan, dan 21.2% remaja SMU sudah melakukan aborsi.

Kemudahan akses situs porno di Internet bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan para remaja terjerumus ke dalam seks bebas. Indonesia bahkan menjadi pengakses situs-situs porno terbear ketujuh di dunia.

“Kita punya keinginan untuk menurunkan kecendrungan seperti yang terungkap dalam survei tersebut,” kata Riko Arifano, salah seorang pembina di TOBIT.

“Ini kelihatan terlalu ambisius bagi sebagian orang, tapi kalau kita mempunyai keinginan kuat dan optimis akan terjadi perubahan, itu pasti akan bisa mengubah sejarah,” jelas Riko.

Riko menambahkan, di Amerika, sebelum adanya chastity campaign jumlah praktek seks bebas di kalangan remaja di negeri tersebut sangat tinggi. Namun setelah gencar dilakukan kampanye seperti itu jumlahnya tiap tahun terus menurun.

Ia berharap di Indonesia akan terjadi perbaikan dari tahun ke tahun. “Tapi itu butuh komitmen kuat, tenaga pengajar, dana dan sumber daya lainnya,” ujar Riko.

Sumber: Cathenews Indonesia