Wednesday 10 November 2010

Wednesday, November 10, 2010
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Merapi Terus Meletus Jumlah Pengungsi yang Stres Bertambah.
YOGYAKARTA - Aktivitas Gunung Merapi yang terus mengeluarkan letusan dan awan panas membuat banyak warga di sekitar lereng gunung berapi di perbatasan DI Yogyakarta dan Jawa Tengah itu memilih mengungsi ke wilayah yang diyakini mereka aman, Kota Kendal dan Solo.

Jumlah pengungsi yang stres juga bertambah, bahkan ada yang bunuh diri karena stres kehilangan harta bendanya, termasuk ternak mereka. Padahal pemerintah sudah menjanjikan membeli sapi milik warga, namun ternak lain seperti kambing atau ayam tidak diganti.

Dari Kabupaten Kendal dilaporkan, sebanyak 55 penduduk Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, mengungsi ke rumah sanak keluarga di Kendal untuk menghindari amukan erupsi Gunung Merapi.

Ketua rombongan pengungsi, Budi Riyanto (37), mengatakan, para pengungsi meninggalkan rumahnya yang berada di Dusun Jamus Trasakan RT 2/RW 2, Desa Ngluwar, Kecamatan Muntilan, Jumat (5/11), dan belum tahu kapan akan bisa kembali ke kampung halaman.

Jarak antara Muntilan dan Kendal sekitar 100 kilometer dan butuh waktu sekitar empat jam untuk menempuhnya dengan menggunakan kendaraan bermotor.Mereka terpaksa mengungsi pada Jumat, beberapa saat setelah terjadi letusan ketiga Merapi. Saat itu sudah banyak rumah yang runtuh akibat terjangan material Merapi di atap rumah mereka. "Oleh karena itu, kami tinggal di rumah mertua saya, Kasdi, hingga keadaan membaik," katanya. Selain istri dan ketiga anaknya, dia mengatakan para tetangga juga ikut serta dalam pengungsian itu.

Arus pengungsian ini juga akibat adanya isu menyesatkan yang membuat mereka ketakutan. Dari Solo dilaporkan, ratusan warga dari Kabupaten Sleman dan Yogyakarta mulai mengungsi ke Kota Solo. Sebagian di antara mereka adalah mahasiswa yang selama ini belajar di universitas yang berada di Yogyakarta dan sejumlah warga.

Saat ini tercatat sekitar 240 warga yang mengungsi di Solo dan tinggal di tiga titik, yakni di Pagelaran Keraton Surakarta, Gereja Nasarene, dan rumah penduduk di Kampung Ketelan, Solo.

"Kami mengungsi ke Solo bukan karena tidak tertampung di tempat pengungsian di Sleman dan Yogyakarta, tetapi lebih karena ketakutan dengan adanya kabar Merapi akan meletus jauh lebih besar dengan jarak 65 kilometer," kata salah satu pengungsi warga Sleman, Ari Semeru, yang ditemui di Pagelaran Keraton Surakarta, Senin (8/11). Jika kabar tersebut benar, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tidak ada yang selamat.

Kabar lain menyebutkan, sejumlah warga keturunan yang tinggal di Kecamatan Muntilan, Magelang, Jawa Tengah, mengungsi ke luar negeri. Mereka yang rata-rata berbisnis di sepanjang Jalan Pemuda, Muntilan, tersebut sengaja menutup usahanya demi keselamatan nyawa. "Tutup, Mas, bos mengungsi ke Amerika," ujar Suratmi (34), salah seorang pembantu yang menjaga toko emas Bagong di Jalan Pemuda, Muntilan.

Puluhan pengungsi bencana letusan Gunung Merapi di Stadion Maguwoharjo, Depok, Kabupaten Sleman, mulai mengalami gangguan kejiwaan karena kehilangan harta bendanya."Sejak hari pertama pengungsian di Stadion Maguwoharjo, Jumat (5/11) dini hari, sampai saat ini jumlah pengungsi yang mengalami gangguan kejiwaan sebanyak 60 orang dan 26 di antaranya adalah penderita psychotic residual atau sebelumnya pernah menderita dan kambuh akibat bencana," kata petugas kesehatan di Posko Dinas Kesehatan Stadion Maguwoharjo, Ety Mutia, Senin. Gejala gangguan jiwa ini adalah stres berat dengan berbagai tanda seperti frustrasi, cemas, panik, histeris, dan depresi.

Seorang pengungsi bencana letusan Gunung Merapi di Stadion Maguwoharjo, Sokiran (46), warga Dusun Manggong, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Minggu, nekat bunuh diri dengan menceburkan diri ke saluran air yang ada di sisi barat stadion. "Korban ini kemungkinan stres sejak mengungsi di Stadion Maguwoharjo," kata Kepala Desa Kepuharjo, Cangkringan, Heri Suprapto. Heri mengatakan, selama ini Sokiran mengandalkan hidup keluarganya dari ternak sapi perah miliknya. "Korban kehilangan empat sapi yang mati akibat terkena lahar panas. Kami sudah berupaya membujuk dan memberi tahu bahwa sapi-sapinya yang mati akan diganti pemerintah. Namun, rupanya ia tidak mudah untuk menerima musibah ini dan memilih mengambil jalan pintas," katanya.

Sementara itu, pemerintah akan menyiapkan Rp 100 miliar dari dana penanggulangan bencana untuk pembelian sapi dan kerbau milik masyarakat yang saat ini berada di pengungsian akibat letusan Gunung Merapi."Peternak yang kini berada di pengungsian dibebaskan untuk menjual atau merawat sapi dan kerbau mereka. Dana yang disiapkan pemerintah adalah Rp 100 miliar," kata Menteri Pertanian Suswono, usai menggelar rapat di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Yogyakarta, Senin.
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono di tempat yang sama, Senin, mengatakan, proses identifikasi ternak yang berada di radius 20 kilometer dari puncak Gunung Merapi ditargetkan selesai dalam waktu satu pekan.

"Mulai besok, tim kami akan bekerja untuk penanganan hewan ternak, khususnya sapi dan kerbau, yang masih ada di radius 20 kilometer dan diharapkan proses identifikasi selesai dalam waktu satu pekan," katanya.

Menurut dia, proses identifikasi tersebut harus tetap dilakukan meski dalam kondisi tanggap darurat, agar akuntabilitas dan transparansi penanganan hewan ternak tetap terjaga.
Berdasarkan data hingga Minggu (7/11), jumlah sapi milik peternak yang masih berada di radius 20 km adalah 61.884 ekor yang terdiri dari 3.125 ekor di Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang 20.516 ekor, Kabupaten Klaten 9.838 ekor, dan Kabupaten Boyolali 28.405 ekor.

Pemerintah juga telah menetapkan sejumlah kriteria pembelian sapi atau kerbau, yaitu sapi potong jantan dihargai Rp 22 ribu per kilogram bobot hidup, sapi betina tidak bunting dan tidak laktasi Rp 20.000 per kg, sapi laktasi Rp 10 juta per ekor, sapi bunting Rp 9 juta per ekor, sapi dara Rp 7 juta, dan anak sapi Rp 5 juta.

"Sementara untuk sapi atau kerbau yang mati karena terkena letusan Merapi akan dipikirkan lebih lanjut untuk penggantiannya, tetapi akan tetap didata," kata Mentan yang menyatakan ada 421 ekor sapi mati akibat letusan Merapi.

Jenis hewan ternak lain seperti kambing dan unggas, menurut dia, memang belum akan diganti, tetapi kemungkinan untuk penggantian tetap dilakukan. 

BNPB menyatakan, jumlah total warga di sekitar lereng Gunung Merapi yang mengungsi hingga saat ini 279.702 jiwa."Jumlah terkini pengungsi Merapi mencapai 279.702," kata Direktur Pengurangan Risiko Bencana BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Senin. Sutopo menambahkan, jumlah korban meninggal dunia hingga saat ini mencapai 141 jiwa dan korban luka 453 orang.

Sumber: SuaraKarya