Monday 1 November 2010

Monday, November 01, 2010
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Umat Katolik Pengungsi Gunung Merapi Misa di Halaman Rumah.
MAGELANG (JATENG) - Meski mengungsi akibat ancaman bahaya Gunung Merapi, tetapi sekitar 150 umat Katolik, tetap tidak lupa memuja Tuhan.

Tetapi yang namanya mengungsi itu semuanya serba darurat. berdampak juga pada Misa kudus Minggu (31/10) yang tidak dilaksanakan di sebuah gedung gereja, namun, di sebuah halaman rumah seorang warga bernama Fransiskus Xaverius, warga Dusun Japunan, Desa Dukun, Kabupaten Magelang.

Umat duduk bersila di atas tikar dan sebagian kecil di kursi plastik seperti yang digunakan pada hajatan di desa.

Misa dalam bahasa Jawa itu dipimpin oleh pastor Gereja Paroki Santa Maria Lourdes Desa Sumber, Romo Yohanes Maryono, Pr.   Tuan rumah ternyata secara swadaya menampung 50 pengungsi dari Ngargomulyo, tetangga desa, sejak Merapi meletus Selasa (26/10) lalu.

Beberapa umat mengemukakan, pengalaman pribadinya dalam menghadapi tahapan Merapi meletus. Juga  pengalamannya di tempat penampungan, layanan logistik serta yang bertahan di desanya untuk menjaga rumah dan ternaknya.

"Pengungsi harus arif. Harus berusaha mencermati perkembangan situasi Merapi, yang dilaporkan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) yang disampaikan melalui pemerintah daerah," pesan Romo Maryono.

Dia mempersonifikasikan Merapi sebagai manusia, yang kadang memerlukan perhatian lebih, tetapi lain waktu biasa saja.  Jika aktivitasnya meningkat, disarankan sebaiknya warga menyingkir lebih dulu ke tempat yang aman, untuk memperkecil kemungkinan jatuh korban.

Menurut dia, kehidupan masyarakat Merapi saat ini dalam keadaan darurat. Tetapi situasi itu justru membuat mereka menjadi semakin pandai menyikapi keadaan. "Menjadikan masyarakat semakin pandai menghadapi keadaan apapun," katanya.

Diakui, memang tidak nyaman tinggal di pengungsian. Ada rasa bosan karena situasinya berbeda dengan tinggal di rumah sendiri. Semua kejadian itu bisa direnungkan lebih dalam menjadi pengalaman iman dan hidup yang baik.

Sumber: Kabargereja