MALANG (JATIM) - Selain tercatat sebagai gereja tertua di Kota Malang, GPIB Imanuel juga menyimpan Alkitab berusia 392 tahun. Gereja yang pada tahun depan berusia 150 tahun ini juga dikenal hingga di Negeri Belanda. Dua alkitab tersimpan rapi di sebuah lemari dalam gereja. Saat dikeluarkan, perasaan kagum pun lahir. Betapa tidak, Alkitab yang dicetak pada tahun 1618 itu masih utuh. Mulai dari sampul sampai tulisannya pun masih bisa dibaca dengan jelas.
Secara fisik, berbeda dengan Alkitab cetakan zaman modern. Jika Alkitab cetakan modern umumnya bersampul kertas, dua alkitab yang tersimpan di GPIB Imanuel itu bersampul bahan kulit. Dilengkapi pula pengait sampul depan dan sampul belakang yang terbuat dari besi. Beratnya hampir mencapai 5 kg. Tebalnnya sekitar 10 cm. “Isinya lengkap, terdiri dari perjanjian lama dan perjanjian baru,” ucap Ketua Majelis Jemaat GPIB Imanuel, Pendeta Nestor Mananohas STh sembari membuka satu persatu lembaran alkitab itu.
Di sampul depan terdapat tulisan Bijbel. Pada lembaran berikutnya tertera tulisan tahun cetakan yakni pada 1618 dan kota tempat cetakannya di Dordrecht. “Alkitab ini lengkap. Sudah dilengkapi dengan penjelasannya,” terang pendeta Nestor sembari membaca tulisan dalam Alkitab yang memang masih sangat bisa terbaca itu.
Menariknya, Alkitab berusia ratusan tahun tersebut bagai tak mempan oleh serangan rayap. Buktinya kedua alkitab yang dibawa oleh pendeta dari negeri Belanda itu masih utuh dan lengkap. Karena sudah sangat lama, kini dua alkitab bersejarah itu tidak digunakan lagi. “Disimpan di lemari. Dalam waktu tertentu, kami membersihkan,” kata pendeta Nestor tentang perawatan dua alkitab itu.
Usianya yang sudah ratusan tahun pula membuat nilai sejarahnya pun sangat tinggi. Bahkan sangat dilirik kolektor benda-benda tua. “Saya pernah mendengar ada kolektor yang ingin membeli dengan harga miliaran rupiah. Tapi kami tidak menjual,” kata pendeta berusia 40 tahun ini.
Tak hanya dua Alkitab itu saja, dalam gedung gereja GPIB Imanuel, terdapat sebuah kotak kolekete yang berusia sama dengan usia gereja. Posisi kotak kolekte yang terbuat dari besi itu belum dipindahkan sejak awal gereja itu diresmikan pada 30 Juli 1861. “Kotak kolekte ini tahan api. Sejak zaman dulu ya letatknya di sini,” terang pendeta Nestor sembari menunjuk kotak kolekte peninggalan zaman Belanda itu.
Kendati usianya yang hampir 150 tahun, tetapi GPIB Imanuel masih dikenal di Belanda hingga kini. Buktinya, cucu seorang pendeta asal Belanda yang pernah bertugas di GPIB Imanuel pernah datang hanya untuk mengantarkan foto kakeknya.
”Cucu pendeta itu sudah berusia 70-an tahun. Dia menyerahkan foto, katanya, dalam foto itu adalah kakeknya saat bertugas di sini,” kata pendeta Nestor lalu menunjuk foto seorang pendeta Belanda berlatar belakang salah satu sisi bangunan GPIB Imanuel. Karena menganggap GPIB Imanuel sebagai bangunan cagar budaya, hingga kini, tak terlintas sama sekali untuk merubah bentuk fisiknya. Semua kondisi bangunan gereja tetap dipertahankan.
Sumber: JPNN