JAKARTA - Warga Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan menolak pendirian bangunan masjid dan gereja di dalam pusat perbelanjaan Gandaria City.
Seorang warga, Eki (27) mengatakan, masyarakat menolak karena menilai jarak masjid dan gereja yang dibangun di mal tersebut terlalu dekat dengan masjid dan gereja di sekitarnya.
"Karena aturan fiqihnya masjid nggak boleh saling dekat. Karena masjid untuk shalat Jumat, di dalam mal. Di depan mal sudah ada masjid, nggak jauh dari sini. Gereja juga sudah ada tiga dekat-dekat, di Kostrad ada," ujar Eki yang ditemui di sekitar mal Gandaria City, Sabtu (18/12).
Pihak warga, kata Eki, sudah melaporkan keberatannya melalui aparat RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, Kepolisian, hingga kepada pengelola mal Gandaria City. Warga mengumpulkan tanda-tangan bentuk penolakan terhadap pembangunan tempat ibadah di dalam mall itu.
"Ada sekitar 1.000 tanda tangan warga. Mungkin dialihkan untuk tetap jadi mal. Ini kan mal tetap jadi mal saja," kata Eki.
Berdasarkan pengamatan Kompas.com, spanduk berisi kalimat penolakan terpampang di sebuah halte, depan mal Gandaria City. Masyarakat, lanjut Eki, sudah berbicara dengan pihak pengelola namun belum mencapai titik temu.
"Kalau sekadar mushala, nggak apa-apa, asal jangan masjid yang untuk shalat jumat. Gereja juga, kan sudah banyak," katanya.
Selama ini, warga Kebayoran Lama menurut Eki tidak menggelar aksi penolakan yang anarkis seperti unjuk rasa. Hari ini, warga menggelar pengajian besar, merayakan tahun baru Islam guna meredam emosi warga terhadap pembangunan kedua jenis rumah ibadah di dalam mal itu.
"Tujuan acara justru meredam warga supaya jangan anarkis, dibahas kerukunan umat beragama, yang mayoritas harus mengayomi minoritas, menenangkan masyarakat, kasih penjelasan," katanya.
Tokoh agama Zainudin MZ dihadirkan dalam acara pengajian yang dihadiri ribuan warga itu. Akibat pengajian yang meluber hingga ke jalan itu, arus lalu lintas di depan Mal Gandaria City sempat terhambat.
Sumber: Kompas