KUPANG (NTT) - Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang, Pr, masuk kebun di Desa Tilong, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, Rabu (15/12). Bersama dengan umat stasi St. Gregorius Fatukanutu, Uskup Turang menanam anakan jati di kebun gereja.
Meski hujan mengguyur, tidak menyurutkan Uskup Turang, Rm. Max Un Bria (Pastor Paroki St. Yoseph Pekerja Penfui) dan umat untuk berhenti menanam. Kurang lebih 1,5 jam, dimulai pukul 15.30 Wita, sebanyak 700 anakan jati unggul ditanam pada lahan seluas satu hektar.
Uskup Turang tidak memakai jubah. Dengan kepala ditutup topi, jari tangan dibungkus sarung tangan dan sepatu boot menutup kaki, Uskup Turang bergerak ke sana ke mari menanam jati, layaknya seorang petani.
Ditemui di sela-sela menanam jati, Uskup Turang menjelaskan, kegiatan menanam merupakan program Keuskupan Agung Kupang dalam upaya pengembangan lingkungan hidup yang sejuk dan damai. Selain itu, dalam rangka mengurangi efek pemanasan global.
Menurutnya, penamanan pohon jati dilakaukan agar manusia mendapat kesejukan dari alam semesta. Alam sudah memberikan kehidupan yang sejuk kepada manusia. Oleh karena itu, manusia patut menjaga kelestarian lingkungan. Salah satu cara untuk menjaga kelestarian lingkungan adalah dengan menanam pohon.
"Manusia harus bekerja sama dengan alam, karena alam sungguh mencintai manusia. Oleh karena itu, manusia harus memperhatikan kelestarian alam agar alam tetap memberi kesegaran kepada manusia. Selain itu, kegiatan penanaman pohon ini merupakan investasi ekonomi masyarakat di masa yang akan datang," ujar Uskup Turang.
Romo Maxi Un Bria mengatakan, kegiatan ini menjadi contoh buat paroki yang lain. Dikatakannya, penanaman pohon merupakan wujud kecintaan manusia terhadap alam, karena alam sudah memberikan banyak hal bagi kehidupan manusia.
Menurut Romo Maxi, kegiatan seperti itu sudah sering dilakukan umat Paroki St. Yoseph Pekerja Penfui. Upaya ini untuk menyukseskan program kerja Keuskupan Agung Kupang, yaitu setiap keluarga wajib menanam satu pohon.
"Sebelumnya, kami sudah menanam pohon diantaranya, di lokasi Kapela St. Markus Kaniti dan St. Aloysius Fatuka. Hasilnya, hampir 80 persen anakan yang ditanam, tumbuh," ujar Romo Maxi.
Sumber: Pos Kupang