KUPANG (NTT) — Umat Katolik se-Indonesia merayakan hierarki episkopal
atau peringatan 50 tahun pembentukan hierarki gereja Katolik di
Indonesia oleh pemimpin gereja Katolik se-dunia Paus di Vatikan, Roma,
50 tahun silam.
Dengan usia 50 tahun pembentukan hierarki
gereja Katolik di Indonesia, iman dan kedewasaan umat Katolik
seharusnya semakin berkembang dan berperan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Uskup Agung Kupang Mgr Petrus Turang Pr, dalam khotbah misa peringatan
hierarki episkopal di Gereja Santo Yoseph Naikoten Kupang, Kamis
(13/1/2011), mengatakan, 50 tahun lalu Paus Yohanes XXIII
menganugerahkan hierarki episkopal kepada gereja Katolik di Indonesia
melalui konstitusi apostolik "Quod Christus Adorandus".
"Ini sebagai tanda pengakuan adanya gereja Katolik di Indonesia yang
sanggup berdiri sendiri sebagai suatu hierarki gereja Katolik di dunia.
Sejak
saat itu gereja Katolik Indonesia diterima dan diakui secara
internasional sebagai gereja Katolik yang mandiri dan dapat mengatur
diri sendiri," kata Turang.
Pastor Paroki Santo Yoseph Naikoten Kupang, Sebastian Wajang SVD,
mengatakan, ada enam alasan yang disusun Konferensi Wali Gereja
Indonesia (KWI), mengapa gereja Katolik Indonesia berdiri sebagai
hierarki sendiri. Alasan itu, antara lain, gereja Katolik Indonesia
memiliki kemampuan menjamin keberadaannya, memiliki kemampuan menjalin
komunikasi persaudaraan para murid Yesus di antara gereja, baik nasional
maupun internasional, dan menjamin karya misioner di dalam dan di luar
negeri.
Gereja Katolik Indonesia dapat berkembang menjadi gereja pribumi dengan tetap berpegang teguh pada hakikat gereja universal.
"Gereja Katolik Indonesia mampu berkembang dan menyesuaikan diri di tengah pluralisme, agama, suku, dan budaya di Indonesia.
Gereja
Katolik juga mampu menggalang kehadiran tenaga-tenaga pastoral dan
sarana-sarana lain yang mampu mendukung pengembangan diri sebagai gereja
sejati," katanya.
Turang mengatakan, dalam konteks Indonesia, gereja Katolik terus
berupaya membangun semangat toleransi, kerja sama, dialog, dan
pentingnya kesejahteraan hidup di antara sesama umat beragama di
Indonesia. Gereja melalui berbagai sarana, prasarana, dan kemampuan yang
dimiliki berjuang membangun kesejahteraan manusia agar keluar dari
belenggu kemiskinan.
Sumber:Kompas