JAKARTA - Memasuki tahun 2011, berbagai komunitas keagamaan dari Buddha, Katolik, Islam dan Protestan, mengadakan acara doa bersama untuk kerukunan dan perdamaian di Indonesia.
Acara yang baru pertama kali diadakan itu diselenggarakan oleh seksi hubungan antaragama dan kepemudaan Paroki St. Yakobus Kelapa Gading, Jakarta, bekerjasama dengan komisi kepemudaan KAJ.
Acara yang dihadiri 100 peserta dari berbagai agama mengusung tema ‘Mari kita membangun semangat persatuan dan perdamaian.’
Selain doa bersama, acara pada 9 Januari itu juga diisi dengan dialog, pelepasan burung merpati, dan penanaman pohon secara simbolis.
Pastor Antonius Suyadi, ketua Komisi Kepemudaan KAJ, mengatakan, “Mari kita umat katolik menjadi pelopor dalam gerakan untuk mengembangkan persaudaraan sejati dengan sesama warga.”
KH Ahmad Sukri, tokoh Muslim, mengatakan, ini kesempatan baik untuk mempertemukan kita untuk memperkuat persahabatan.
Ia mengatakan radikalisme agama memang ada tapi itu hanya untuk agama sendiri bukan untuk orang lain.
“Kami dari Gereja Katolik merasa bangga dengan kehadiran umat lintas agama. Meskidi wilayah sudah aman tapi kita perlu saling kenal dan kerja sama,” kata Sayudi, seorang awam Katolik
“Toleransi aja tidak cukup. Kita perlu buat hal yang konkret misalnnya tarian poco-poco, olahraga bersama, beasiswa bagi anak-anak dari kelurga miskin,” lanjutnya.
Hal senada juga disampaikan Pendeta Sammy Paat. “Kita juga perlu membantu masyakat yang marginal sebagai aksi konkret kita.”
Sedangkan Suwarno, dari komunitas Buddha, mengatakan, “Kita perlu bentuk forum bersama sebagai kesempatan untuk dialog dan bisa saling mengenal sehingga kita tak saling curiga.”
Tampubolon, camat kelapa gading, menyampaikan terima kasih kepda Gereja Katolik yang mengadakan acara itu. “Ini adalah momen terbaik bagi kita umat beragama untuk membangun silahturahim.
“Masalah kerukunan agama di wilayah kita tak diragukan karena tidak ada kasus intoleransi dan diskriminasi di wilayah kita. Ini berkat kerja sama kita semua,” katanya.
Ia menyampaikan terima kasih kepada para tokoh agama yang ikut menjaga kerukunan dan memperkuat tali persaudaraan.
Namun ia mengatakan karena acara seperti ini sudah sering dilakukan maka perlu ditingkatkan lagi dalam bentuk kegiatan konkrit.
Menurut Pastor Suyadi, kegiatan ini adalah tindaklanjut dari program Keuskupan Agung Jakarta dan Konferensi Waligereja Indonesia. Ia berjanji akan mengadakan kegiatan serupa di paroki-paroki lain di KAJ.
Sumber:CathnewsIndonesia
Acara yang baru pertama kali diadakan itu diselenggarakan oleh seksi hubungan antaragama dan kepemudaan Paroki St. Yakobus Kelapa Gading, Jakarta, bekerjasama dengan komisi kepemudaan KAJ.
Acara yang dihadiri 100 peserta dari berbagai agama mengusung tema ‘Mari kita membangun semangat persatuan dan perdamaian.’
Selain doa bersama, acara pada 9 Januari itu juga diisi dengan dialog, pelepasan burung merpati, dan penanaman pohon secara simbolis.
Pastor Antonius Suyadi, ketua Komisi Kepemudaan KAJ, mengatakan, “Mari kita umat katolik menjadi pelopor dalam gerakan untuk mengembangkan persaudaraan sejati dengan sesama warga.”
KH Ahmad Sukri, tokoh Muslim, mengatakan, ini kesempatan baik untuk mempertemukan kita untuk memperkuat persahabatan.
Ia mengatakan radikalisme agama memang ada tapi itu hanya untuk agama sendiri bukan untuk orang lain.
“Kami dari Gereja Katolik merasa bangga dengan kehadiran umat lintas agama. Meskidi wilayah sudah aman tapi kita perlu saling kenal dan kerja sama,” kata Sayudi, seorang awam Katolik
“Toleransi aja tidak cukup. Kita perlu buat hal yang konkret misalnnya tarian poco-poco, olahraga bersama, beasiswa bagi anak-anak dari kelurga miskin,” lanjutnya.
Hal senada juga disampaikan Pendeta Sammy Paat. “Kita juga perlu membantu masyakat yang marginal sebagai aksi konkret kita.”
Sedangkan Suwarno, dari komunitas Buddha, mengatakan, “Kita perlu bentuk forum bersama sebagai kesempatan untuk dialog dan bisa saling mengenal sehingga kita tak saling curiga.”
Tampubolon, camat kelapa gading, menyampaikan terima kasih kepda Gereja Katolik yang mengadakan acara itu. “Ini adalah momen terbaik bagi kita umat beragama untuk membangun silahturahim.
“Masalah kerukunan agama di wilayah kita tak diragukan karena tidak ada kasus intoleransi dan diskriminasi di wilayah kita. Ini berkat kerja sama kita semua,” katanya.
Ia menyampaikan terima kasih kepada para tokoh agama yang ikut menjaga kerukunan dan memperkuat tali persaudaraan.
Namun ia mengatakan karena acara seperti ini sudah sering dilakukan maka perlu ditingkatkan lagi dalam bentuk kegiatan konkrit.
Menurut Pastor Suyadi, kegiatan ini adalah tindaklanjut dari program Keuskupan Agung Jakarta dan Konferensi Waligereja Indonesia. Ia berjanji akan mengadakan kegiatan serupa di paroki-paroki lain di KAJ.
Sumber:CathnewsIndonesia