DENPASAR (BALI) - Natal kali ini dirasakan berbeda oleh umat Kristiani dalam perayaannya, mengingat bangsa Indonesia yang sedang dirundung bencana berturut-turut mulai dari tsunami di Mentawai, banjir bandang di Wasior, sampai meletusnya Gunung Merapi.
Untuk itu Perayaan Natal Umum yang digelar Sabtu (25/12) di Gereja Elim Tabernakel yang diikuti sekitar 250 jemaat beserta dengan undangan lainnya dirayakan bersama-sama dua keluarga korban Merapi. Pada kesempatan itu keluarga korban ini memberikan kesaksian tentang pertolongan Tuhan yang dialami mereka.
Selain itu tahun ini, Jemaat Gereja Elim Tabernakel Denpasar Bali merayakan Natal dengan bertemakan ''Berjagalah dan berdoa, Tuhan segera datang kembali”.
Dalam kebaktian untuk menyambut Natal sebagai peringatan hari kelahiran Yesus ke dunia, Jemaat dengan khidmat menjalani perayaan dengan nyanyian pujian dan doa. Pada kesempatan itu, anak-anak Sekolah Minggu Gereja Elim Tabernakel ikut berpartisipasi dengan mempersembahkan pujian, remaja mempersembahkan tari-tarian, kaum ibu beserta kaum bapak berpaduan suara melantunkan lagu pujian untuk memuliakan Tuhan.
Dalam firman Tuhan yang disampaikan oleh Gembala Sidang setempat yang memimpin Ibadah Perayaan Natal, dikatakan, di dalam hidup umat Kristiani, kelimpahan materi bukanlah yang utama tetapi kelimpahan firman yang paling utama. Dalam kesempatan itu beliau menambahkan bahwa apapun yang terjadi pada umat manusia, Tuhan akan selalu berada bersama umat-Nya. "Pada ibadah Perayaan Natal ini, kita akan mendengar kesaksian keluarga yang mengalami bencana Merapi. Disini kita tidak semata-mata mencari korban bencana, tetapi kita mau mendengar kesaksian tentang bagaimana Tuhan selalu ada bersama umat-Nya," ujar Pendeta.
Dari kesaksian tersebut, keluarga korban bencana menuturkan bahwa jika Tuhan menghendaki, bencana tidak bisa dihindari. Bebi Setiawan beserta istri dan anaknya yang berasal dari Desa Srunen, kecamatan Cangkringan (6,5 km. dari puncak Merapi) ini akhirnya merasa lebih dekat dengan Tuhan. "Kami hanya berserah. Jika sudah waktunya meninggal maka tentu akan terjadi," ujar keluarga tersebut. Dengan percaya kepada Tuhan Yesus, keluarga ini mendapatkan kemudahan. "Kami juga menyampaikan terima kasih kepada jemaat Gereja Elim Tabernakel Denpasar yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk merayakan Natal bersama andredengan damai", imbuh keluarga tersebut.
Sumber: Balipost
Untuk itu Perayaan Natal Umum yang digelar Sabtu (25/12) di Gereja Elim Tabernakel yang diikuti sekitar 250 jemaat beserta dengan undangan lainnya dirayakan bersama-sama dua keluarga korban Merapi. Pada kesempatan itu keluarga korban ini memberikan kesaksian tentang pertolongan Tuhan yang dialami mereka.
Selain itu tahun ini, Jemaat Gereja Elim Tabernakel Denpasar Bali merayakan Natal dengan bertemakan ''Berjagalah dan berdoa, Tuhan segera datang kembali”.
Dalam kebaktian untuk menyambut Natal sebagai peringatan hari kelahiran Yesus ke dunia, Jemaat dengan khidmat menjalani perayaan dengan nyanyian pujian dan doa. Pada kesempatan itu, anak-anak Sekolah Minggu Gereja Elim Tabernakel ikut berpartisipasi dengan mempersembahkan pujian, remaja mempersembahkan tari-tarian, kaum ibu beserta kaum bapak berpaduan suara melantunkan lagu pujian untuk memuliakan Tuhan.
Dalam firman Tuhan yang disampaikan oleh Gembala Sidang setempat yang memimpin Ibadah Perayaan Natal, dikatakan, di dalam hidup umat Kristiani, kelimpahan materi bukanlah yang utama tetapi kelimpahan firman yang paling utama. Dalam kesempatan itu beliau menambahkan bahwa apapun yang terjadi pada umat manusia, Tuhan akan selalu berada bersama umat-Nya. "Pada ibadah Perayaan Natal ini, kita akan mendengar kesaksian keluarga yang mengalami bencana Merapi. Disini kita tidak semata-mata mencari korban bencana, tetapi kita mau mendengar kesaksian tentang bagaimana Tuhan selalu ada bersama umat-Nya," ujar Pendeta.
Dari kesaksian tersebut, keluarga korban bencana menuturkan bahwa jika Tuhan menghendaki, bencana tidak bisa dihindari. Bebi Setiawan beserta istri dan anaknya yang berasal dari Desa Srunen, kecamatan Cangkringan (6,5 km. dari puncak Merapi) ini akhirnya merasa lebih dekat dengan Tuhan. "Kami hanya berserah. Jika sudah waktunya meninggal maka tentu akan terjadi," ujar keluarga tersebut. Dengan percaya kepada Tuhan Yesus, keluarga ini mendapatkan kemudahan. "Kami juga menyampaikan terima kasih kepada jemaat Gereja Elim Tabernakel Denpasar yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk merayakan Natal bersama andredengan damai", imbuh keluarga tersebut.
Sumber: Balipost