Saturday, 12 February 2011

Saturday, February 12, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Puluhan mahasiswa dan pastor di Kupang Gelar Aksi 1000 Lilin.
KUPANG (NTT) - Puluhan mahasiswa dan pastor di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (10/2) malam sekitar pukul 22.00 WITA menggelar aksi 1000 lilin terkait aksi pembakaran gereja di Temanggung, Jawa Tengah.

Aksi mahasiswa dan pastor ini digelar di depan kantor Polda NTT, Jalan Soeharto, Kota Kupang. Mahasiswa membakar lilin dan pelita di sepanjang jalan itu, sambil berteriak yel-yel mengutuk aksi pembakaran gereja di Temanggung.

Romo Leo Mali mengatakan 1.000 lilin merupakan pernyataan keprihatinan dan seruan moral bagi pemerintah untuk mengusut tuntas kasus pembakaran gereja di Temanggung.

Dia juga meminta kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk membuktikan ucapannya di Kupang untuk membubarkan organisasi masyarakat (Ormas) dan kelompok yang sering membuat onar. "Kita berharap agar SBY benar-benar bertindak kepada mereka, karena selama ini mereka seperti ‘super bodi’ yang sulit sekali disentuh," katanya.

Dia mengatakan ormas pembuat onar atau anarkis adalah lembaga ilegal yang bertindak seperti alat negara dan melanggar hukum. "Seolah-olah negara tunduk kepada mereka. Pemerintah harus menunjukkan kewibawaannya," katanya.

Terkait kasus penganiayaan kepada Romo Sadana di Gereja Santu Paulus di Temanggung, diakuinya benar terjadi, namun kasus sementara ditangani oleh aparat kepolisian. "Kita harap pelakunya ditangkap dan diproses sesuai hukum yang berlaku," katanya.

Sementara itu, koordinator aksi, Are de Peskim, mengatakan makna aksi seribu lilin dan seribu luka yang digelar ini menyatakan bahwa SBY gagal menjamin kebebasan beragama.

Salah satu buktinya, lanjutnya, setelah gong perdamaian dibunyikan di Kupang, tapi justru di Pandeglang dan Temanggung terjadi gejolak. "Kami menganggap kerusuhan itu kesalahan dari rezim SBY," katanya.

Karena itu, ia mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk tidak terpengaruh dengan isu SARA yang terjadi belakangan ini. "Pemerintah sedang membiarkan perpecahan satu sama lain antar anak bangsa," katanya.

Dia juga berharap para tokoh agama menjalankan tugasnya lebih baik untuk menjaga persatuan dan kerukunan antar umat beragama. 

Sumber: Tempo