Monday, 14 March 2011

Monday, March 14, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Pdt. Socratez S Yoman Luncurkan Buku Berjudul OPM (Otonomi, Pemekaran dan Merdeka). JAYAPURA (PAPUA) – Salah satu tokoh asal Pegunungan Tengah Papua, Pdt. Socratez S Yoman yang rajin menyusun buku, Jumat (11/3) kembali meluncurkan buku terbarunya berjudul OPM (Otonomi, Pemekaran dan Merdeka).

Buku setebal 136 halaman tersebut diluncurkan di Aula STT GKI Padang Bulan dengan menghadirkan Pdt. Herman Awom,S.Th. Sebelum diakhiri acara peluncuran bukunya yang menggunakan sub judul ‘Saatnya kebenaran bersuara di Tanah Papua’ dan dimoderatori oleh Mathius Murib, Socratez menyatakan bahwa apa yang dilakukannya adalah sebagai salah satu tugasnya sebagai utusan Allah.

“Penyusunan buku ini, hanya untuk melaksanakan tugas sebagai utusan Allah, sebagai malaikat Allah. Jadi nanti kalau menghadap Allah dan dipertanyakan apa yang telah saya lakukan, apakah dinilai salah dan harus masuk neraka, ya saya terima,” ungkapnya sebelum acara doa.

Usai acara peluncuran, Socratez mengatakan kepada Wartawan bahwa buku baru yang diluncurkannya yang dipatok dengan tarif Rp. 30 ribu, tidak dititipkan di toko-toko buku. “Buku ini saya pasarkan melalui anak-anak mahasiswa. Sehingga keuntungannya bisa membantu mereka,” ungkapnya.

Sementara itu, Herman Awom yang diundang untuk mengomentari buku terbaru karya Socratez tersebut mengatakan bahwa nilai atau bobot buku karya Socratez adalah adanya pelarangan peredaran buku-bukunya.

“Mengapa buku-buku itu dilarang oleh Jaksa Agung, karena buku-buku itu memuat pengaman orang Papua, tentang sejarahnya yang dibengkokkan, pengalaman Pepera yang dibengkokkan, kemudian mengenai pelanggaran HAM di Papua yang tidak dituntaskan, kekerasan di Papua,” ungkapnya saat ditemui usai acara peluncuran.

Dikatakan, dari sisi Gereja, ia menulis sebagai pendeta yang berkhutbah melalui tulisannya yang tidak semua gereja berani menulis seperti yang dilakukan Socratez. “Saya melihat bahwa beliau menggunakan satu terminology yang selalu menimbulkan kekerasan OPM,” lanjutnya.

Menurut mantan pimpinan sinode dan sebagai seorang Emiritus, bahwa Socrates menulis sebagai seorang pengkhotbah melalui tulisannya. “Saya melihat bahwa ia memilih jalan itu, berkhotbah dengan cara menulis, supaya orang baca, supaya orang tahu,” jelasnya.

Sumber: Bintang Papua