Tuesday, 15 March 2011

Tuesday, March 15, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Sarasehan Antarumat Beragama : Dengan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika Perbedaan dapat Hidup Damai. TEMANGGUNG (JATENG) - Para pendiri bangsa memahami bahwa Indonesia terdiri beragam suku agama, ras dan golongan. Untuk itu mereka merumuskan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai pemersatu untuk mencegah konflik yang berujung pada kerusuhan berbau suku agama ras dan antargolongan (SARA).

“Perbedaan tetap perbedaan, namun dengan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, dapat hidup berdampingan dan damai,” kata Ketua Jenderal Sudirman Center, Bugiakso, pada sarasehan antarumat beragama di Gereja Katolik Santo Petrus dan Paulus, Temanggung, Sabtu (12/3).
Selain Bugiakso, sebagai pembicara Romo Paroki FX Dwi Nugraha Sulistya MSF, Gus Miftah dari ikatan Gus Yogyakarta dan Ketua PC GP Ansor Temangggung, Yami Blumut.

Dikatakan, tidak ada agama yang mengajarkan untuk merusak. Untuk itu diperlukan aplikasi dari ajaran itu untuk terciptanya kerukunan di antaranya dengan kerja sama antarumat beragama dalam bidang kemasyarakatan. Panitia halal bihalal bisa melibatkan nonmuslim. Demikian halnya pada perayaan natalan atau perayaan keagamaan lain.

Menurutnya, kerusuhan di Temanggung akibat ada orang luar yang bermain dan kedamaian yang kembali tercipta ini adalah berkat kesadaran semua warga.

Romo Dwi mengatakan, terkoyaknya kerukunan umat beragama di Temanggung sangat disayangkan karena selama ini tidak ada persoalan dan umat hidup damai serta saling bekerja sama, baik bidang sosial kemasyarakatan maupun ekonomi. “Setelah terjadi kerusuhan menyadarkan bagi semua tokoh agama untuk dapat membina umat sampai di akar rumput untuk tidak terpancing provokasi berbau SARA,” katanya.

Gus Miftah menjelaskan, kerukunan dan kedamaian yang terkoyak di Temanggung telah bisa diselesaikan secara internal oleh warga Temanggung dan harus dicontoh daerah lain.

Bhinneka Tunggal Ika begitu dipegang oleh warga karena mereka sadar bahwa ada pemain di balik kerusuhan. Warga tidak ingin kembali terkoyak. “Perdamaian dan kerukunan telah terbina bukan karena semata pemahaman pada hukum, namun lebih disebabkan pada pemahaman pada agama atau akhlak kemasyarakatan,” katanya.

Sumber: Kedaulatan Rakyat