Tuesday, 29 March 2011

Tuesday, March 29, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Vikaris Yudisial Keuskupan Bogor Ajak Aktivis Katolik Pelajari Ajaran Sosial Gereja (ASG). SERANG (BANTEN)– Vikaris Yudisial Keuskupan Bogor mengajak seluruh anggota Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) di Banten, para guru Katolik di wilayah Keuskupan Bogor dan Jakarta, para pendamping katekumen serta tokoh agama Katolik untuk mempelajari Ajaran Sosial Gereja (ASG).

Pastor Yohanes Driyanto Pr menjadi salah satu pembicara dalam Rapat Kerja Teknis Bimbingan Masyarakat (Rakernis Bimas) Katolik Kantor Kementrian Agama Provinsi Banten, di sebuah hotel di Serang, 12-13 Maret.

Dalam paparan berjudul “Arah Pelayanan Gereja Katolik dalam Kekinian,” yang dimulai dengan sejarah Gereja, imam itu berharap agar dengan mengetahui ASG, mereka selanjutnya bisa menyampaikannya kepada umat Katolik.

Sebanyak 30 anggota FKUB, guru Katolik termasuk Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Agama Katolik dan Ketua Kelompok Kerja Guru (KKG) serta katekis paroki dari Keuskupan Agung Jakarta dan Keuskupan Bogor menghadiri rapat itu.

Pastor Driyanto mengatakan, Gereja dimulai tahun 313 dan dalam perkembangannya Gereja mengalami pasang surut, ada masa “maha kuasa” di Gereja maupun di pemerintahan, ada masa tidak jelas (1870-1929), dan dari tahun 1929 sampai sekarang posisi Gereja Katolik itu monarki, absolut, setara dan sejajar.


Diceritakan bahwa di masa Paus Leo XIII dikeluarkan ensiklik Rerum Novarum, Pacem In Terris dan Gaudium Et Spes dan dalam perkembangan selanjutnya diterbitkan berbagai dokumen sehubungan dengan kesejahteraan kolektif.

Dokumen ASG, kata imam itu, memiliki tiga tema yakni: hormat terhadap martabat manusia, solidaritas dan subsidiaritas. “Ketiga tema itu selanjutnya dijabarkan dalam tujuh tema, kekudusan hidup, keluarga sebagai komunitas yang partisipatif, hak kerja, pemihakan terhadap yang miskin, martabat pekerjaan, solidaritas dan kepedulian terhadap lingkungan hidup.

Selama ini, jelasnya, hanya tiga tema penting itu yang diangkat, sedangkan tujuh tema pokok belum terorganisir dengan baik dengan tindakan khusus, sehingga perlu ada sosialisasi.

Dosen pendidikan agama Katolik di sejumlah perguruan tinggi di Bogor dan Bandung itu menceritakan, beberapa kali ia dimarahi oleh pihak tertentu karena mengeritisi kebijakan Gereja yang tidak sesuai ASG.

“Saat ini banyak orang telah kritis, apalagi yang dikritisi itu sesuai dokumen resmi Gereja. Karena itu kita perlu memperbaiki kesalahan yang telah umum itu,” tegas Pastor Driyanto.

Menurut Ketua Panitia Rakernis Bimas Katolik Banten Maria Christina, tujuan acara itu adalah untuk mendapatkan masukan dari perwakilan umat Katolik guna membuat program Bimas yang lebih integratif dan memenuhi keinginan atau kebutuhan umat Katolik.

Pembicara lain, Kepala Sub Bagian Perencanaan Kementerian Agama Provinsi Banten Mahmuddin menegaskan, penyusunan program Bimas yang lebih baik memerlukan kerja sama antara pihak yang berkarya di lingkungan Bimas Katolik, karena dengan demikian mereka yang selalu terlibat dalam setiap kegiatan bisa lebih tepat mengetahui kebutuhan umat.

Hal senada dikatakan oleh Pembimbing Masyarakat Katolik (Pembimas) Katolik Banten, Stanislaus Lewotoby. “Penyusunan program kegiatan Bimas Katolik Banten yang melibatkan seluruh komponen umat diharapkan menjawab kebutuhan umat secara keseluruhan. Rancangan program yang disusun terdiri dari manjemen, urusan keagamaan dan pendidikan agama Katolik.”

Sumber: Pena Indonesia