Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Warga Perairan Maluku Utara Antisipasi Tsunami dengan Menyelamatkan Diri ke Dataran Tinggi.
TERNATE (MALUT) - Warga Maluku Utara, terutama yang akan berpergian laut menggunakan kapal penyeberangan, panik dan membatalkan perjalanan mereka serta mengungsi ke dataran tingg serta pegunungan setelah mendengar informasi bahwa dampak tsunami Jepang akan sampai ke perairan Maluku.
Kepanikan warga bisa dimaklumi, pasalnya Perairan Maluku dan Morotai berhadapan langsung dengan perairan Jepang.
Seperti yang terjadi di Desa Bere-bere, Kabupaten Pulau Morotai, yang berhadapan langsung dengan laut lepas Jepang, warganya terpaksa mengungsi ke daerah pegunungan dan dataran tinggi lainnya, untuk menyelamatkan diri.
Upaya penyelamatan itu dilakukan menyusul peringatan dari Pemprov Maluku Utara yang meminta agar warganya di pesisir pantai Desa Bere-bere sesegera mungkin meninggalkan desa.
Sekda Pemprov Maluku Utara, Muhadjir Albaar mengatakan Des Bere-bere merupakan salah satu wilayah yang akan dihampiri gelombang tsunami dari Jepang. “Bere-bere berada tepat di perbatasan yang langsung berhadapan dengan laut bebas. Jadi bisa dipastikan gelombang tsunami dari Jepang akan menyasar ke daerah itu,” kata Muhadjir, Jumat (11/3).
Setelah mendapat peringatan tersebut, warga Bere-bere langsung bergegas naik ke pegunungan.
Tak hanya di Morotai, warga lain yang juga harus menghindari tsunami terjadi di Kota Ternate dan Kabupaten Halmahera Utara.
Sama halnya dengan di Desa Bere-bere, warga di pesisir pantai lainnya di wilayah Morotai juga mengungsi ke dataran tinggi. “Bahkan yang tinggal di dataran tinggi pun mengungsi karena merasa tidak aman,” jelas Muhadjir.
Demi keamanan warganya, Pemprov Maluku Utara juga menginformasikan bahaya tsunami lewat siaran RRI Maluku Utara, sebab dari data BMKG Ternate disebutkan bahwa gelombang tsunami diperkirakan akan tiba pukul 20.35 WIT.
Demikian juga dengan masyarakat Maluku Utara yang berada di tepi pantai. Mereka beramai-ramai naik ke gunung. Masyarakat Kecamatan Bacan, Halmahera, Provinsi Maluku Utara meninggalkan rumah mereka.
“Warga panik setelah melihat tayangan televisi soal berita gempa yang terjadi di Jepang. Berita itu menyebutkan bahwa gelombang tsunami akan berimbas ke Maluku. Terlebih, mayoritas masyarakat di wilayah Maluku Utara tinggal di pinggir pantai,” kata Sofyan, tokoh masyarakat setempat.
Namun, sebagian warga lainnya tidak menanggapi berita tsunami tersebut. Mereka tetap santai dan tidak peduli. “Memang, ada warga yang panik, tapi juga ada yang tetap santai,” ujarnya.
Menurut Badan Metereologi Klimatologi dan Geologi (BMKG) kawasan Indonesia Timur akan terkena tsunami kecil setinggi 1 meter. “Gelombang tsunami yang disebabkan gempa Jepang Magnitude 8,9 SR, akan sampai ke Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Papua, sekitar pukul 18:35 WIB atau 19:35 Wita atau 20:35 WIT,” tulis BMKG dalam akun twitter @infoBMKG, Jumat (11/3/2011).
Sedangkan di Kabupaten Morotai, Maluku Utara, gelombang tsunami sudah sampai pada Jumat sore.
Kehadiran tsunami, membuat warga di Teluk Ambon siaga penuh. Mereka mengamankan kapal-kapal motor agar terhindar dari terjangan ombak.
Sejak pukul 16.45 WIB, sejumlah kapal dan kapal motor jaring ikan di Teluk Ambon masuk ke Teluk Baguala paling dalam, agar terhindar dari gelombang pasang.
Langkah pengamanan juga dilakukan sejumlah pemilik kios dan lapak PKL di sepanjang Pantai Mardika. Mereka segera menutup tempat usahanya.
Sedangkan Ferry kapal milik TNI AL terlihat lalu-lalang memantau suasana di Laut Ambon.
Sumber: Berbagai Sumber
Beranda
»
Ambon
»
Maluku
»
Maluku dan Papua
»
maluku utara
»
malut
»
morotai
»
Peristiwa
»
ternate
»
tsunami jepang
» Warga Perairan Maluku Utara Antisipasi Tsunami dengan Menyelamatkan Diri ke Dataran Tinggi
Friday, 11 March 2011