Sunday, 24 April 2011

Sunday, April 24, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Misa Perayaan Paskah di Gereja Katedral Randusari Semarang.
SEMARANG (JATENG) - Manusia diciptakan secara istimewa karena digambarkan serupa dengan citra Allah. Kepada manusia, Allah juga menganugerahkan tugas tanggungjawab supaya beranak cucu dan bertambah banyaklah. Penuhilah bumi dan taklukkanlah, berkuasalah atas ikan-ikan di laut, burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.

"Kutipan ini bisa dipahami secara benar, tetapi juga bisa dipahami secara salah. Karena disana ada tugas yang diberikan oleh Allah kepada manusia yang diberi kekuasaan atau 'power' untuk menaklukkan ciptaan lain. Inilah masalahnya yang bisa disalahtafsirkan," kata Uskup Agung Semarang, Mgr Johannes Pujasumarta saat memimpin Misa Perayaan Paskah di Gereja Katedral Randusari Semarang, Sabtu (23/4) malam.

Dalam homilinya, Mgr Pujasumarta yang didampingi Romo FX Sukendar juga ingat dengan peringatan seorang yang arif yang mengatakan untuk berhati-hati karena kekuasaan itu cenderung korup dan kekuasaan mutlak bisa merusak para pelaku. Inilah power atau kekuasaan yang bisa disalahartikan dan disalahgunakan.

Pesan Paskah adalah pesan yang memuat pewartaan tentang kehidupan yang bertahan sebagai kehidupan abadi. Sebab kehidupan itu benar, baik dan indah, karena Allah yang diimani adalah Allah pokok pangkal kehidupan itu sendiri. Itu berarti, manusia yang diciptakan Allah memperoleh amanat untuk menerima, melestarikan dan mengembangkan kehidupan dalam kelimpahan kasih Allah. Dalam melaksanakan amanat tersebut, perlu kita ubah budaya kematian ('culture of death') menjadi budaya kehidupan ('culture of life') dengan mengubah kekerasan menjadi kelembutan.

Dalam misa perayaan Paskah yang diikuti ribuan umat Katolik, Mgr Pujasumarta mengatakan bahwa pesan Paskah menjadi relevan pada zaman sekarang. "Kita masih dengan peristiwa-peristiwa memrihatinkan yang terjadi akhir-akhir ini. Ketika kekuasaan ada di tangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab disalah artikan untuk melakukan kekerasan dan melenyapkan kehidupan orang lain seperti pembantaian manusia di Cikeusik (Minggu, 6 Pebruari). Kemudian amuk massa di Temanggung (Selasa, 8 Maret), serta peledakan bom yang terjadi pada Jumat, 15 April yang lalu di masjid kompleks Markas Polisi Resort Cirebon Kota, Jawa Barat, yang mengakibatkan tewasnya manusia dan menyebabkan sejumlah orang terluka secara serius," katanya.

Sumber: Suara Merdeka