Monday 4 April 2011

Monday, April 04, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Pasca Banjir Paniai, 6000 Pengungsi Butuhkan Bantuan Segera.
JAYAPURA (PAPUA) - Banjir bandang setinggi dua meter di Danau Paniai Kabupaten Paniai, Papua, makan korban. Setidaknya ada 10 korban tewas ditemukan dalam kondisi mengenaskan, dengan luka benturan benda keras di sekujur tubuhnya. Mereka tak terselamatkan saat ombak banjir bandang tiba-tiba menghantam speed boat rute Enatorali-Kampung Munayepa Distrik Kebo yang mereka tumpangi, 25 Maret 2011 lalu.

Sementara sembilan penumpang lainnya bisa menyelamatkan diri. Jasad enam korban baru ditemukan lima hari pasca kejadian. Empat lainnya baru hari ini dievakuasi. Anggota DPR Papua, Nason Uti mengatakan, sepuluh korban yang telah ditemukan langsung dikuburkan secara massal sesuai adat masyarakat Pania. Penguburan missal itu dipimpin langsung olehnya sesuai dengan tradisi masyarakat.

Selain menelan korban jiwa, banjir bandang di Paniai yang terjadi selama 3 minggu terakhir, mengakibatkan puluhan rumah dan fasilitas umum lainnya terendam air. Dermaga induk kota Enarotali Ibukota Paniai juga lumpuh total karena rusak berat setelah tergenang air hingga 2 meter. Landasan pacu pesawat di bandara Paniai juga terendam air sepanjang 100 meter.

Puluhan hektar perkebunan warga juga terancam gagal panen, serta beberapa tambak ikan warga rusak berat. Sementara, Aktivis LSM Lingkungan Fokker Papua, Septer Manufandu ketika dikonfirmasi mengatakan banjir bandang diduga disebabkan terusiknya kawasan konservasi di sekitar Paniai. "Paniai kan dekat dengan kawasan hutan lindung yang selama ini sebagai daerah penyangga. Bisa saja karena ekosistem di sana terganggu sehingga mengakibatkan tidak ada lagi keseimbangan alam," kata Septer sebagaimana dikutip dari media online vivanews.com.

Namun, lanjut dia, untuk memastikan hal itu, dirinya saat ini masih terus berkoordinasi dengan rekan-rekan LSM di Paniai, melakukan pemantauan. Ditanya apakah ada aktivitas penebangan kayu di hutan di sekitar Paniai, Septer mengakui, pihaknya kesulitan dalam melakukan pantaun di daerah-daerah gunung. ‘’Kalau Wasior kan karena daerah pantai, sehingga kami mudah melakukan pantauan terhadap aktivitas penebangan hutan. Sementara di daerah gunung, tingkat kesulitannya sangat tinggi untuk melakukan monitor,’’ ungkapnya. Sebelumnya,

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Abepura, Aloysius Giai mengatakan 13 warga tewas dan enam selamat dalam musibah ini. Sementara 782 unit rumah rusak. Sejauh ini, kata dia, ada sekitar 6.000 pengungsi dan membutuhkan bantuan segera. "Sudah muncul berbagai penyakit mulai dari diare, flu, cacar," tambahnya. Sementara itu, Pasca banjir bandang yang menimpa puluhan ribu warga di Kabupaten Paniai masing masing Distrik Aradide dan Distrik Ekadide sejak 11 Maret 2011 lalu, maka PT Freeport Indonesia (PTFI) yang berada di wilayah Pegunungan Tengah dirasakan perlu menindaklanjutinya dengan memberikan bantuan moril maupun material kepada korban bencana.

Pasalnya, jarak antara lokasi penambangan emas PTFI di Tembagapura ke Enarotali, Ibukota Kabupaten Paniai berjarak 150 Km atau dari Tembagapura ke lokasi bencana di Distrik Aradide dan Distrik Ekadide berjarak 10 Km. Hal ini disampaikan Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Paniai, Yoseph Nawipa dan Anggota DPRD Kabupaten Paniai Oktovianus Kobepa kepada Bintang Papua semalam usai bertemu sejumlah mahasiswa asal Distrik Aradide dan Distrik Ekadide di Posko Penanganan Bencana Banjir Bandang di Paniai Halaman Kampus Uncen Abepura.

Kedua wakil rakyat Paniai ini sejak pekan lalu berada di Jayapura untuk mengkoordinasikan bantuan bagi para korban bencana banjir bandang bersama pemerintah maupun pihak swasta diseluruh Provinsi Papua. “Puluhan ribu warga korban bencana banjir bandang kini mengungsi ke dataran tingi mengalami kehabisan stok makanan serta penyakit sudah mulai menyerang warga,” tukasnya.

Senada dengan itu, Oktovianus Kobepa mengutarakan pikaknya bersama masyarakat Distrik Aradide dan Distrik Ekadide memohon uluran tangan khususnya PTFI untuk memberikan bantuan kepada korban bencana. “Kami minta agar Perwakilan PTFI di Jayapura dapat menindaklanjuti musibah ini dengan melakukan koordinasi dengan kami yang kini berada di Jayapura untuk turun meninjau lokasi bencana,” jelas Kobepa.

Nawipa menambahkan, pihaknya menyampaikan pihak pihak yang memberikan bantuan dimohon menyerahkan langsung kepada Posko Panitia Penanganan Bantuan Bencana Paniai di Halaman Kampus Uncen Abepura. Hal ini perlu agar bantuan yang disalurkan tepat sasaran kepada korban bencana.

Sumber: BintangPapua