Wednesday 25 May 2011

Wednesday, May 25, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Rapture (Pengangkatan) Menjelang Kiamat Menurut Kebenaran Alkitab.
JAKARTA - Saat ini isu kiamat (judgement day) dan pengangkatan (rapture) semakin semarak akibat dari kabar media massa tentang ramalan seorang pria dari persekutuan injili yang menyatakan bahwa pada tanggal 21 Mei dan 21 Oktober 2011 akan terjadi kiamat dan pengangkatan .

Banyak yang meyakini namun ada juga yang skeptis terhadap isu bahwa dalam waktu dekat akan terjadi rapture. Seorang mahasiswa, Dian Ari Purnomo (26) tidak yakin kalau dirinya ikut terangkat. Dian sendiri meyakini, bahwa keselamatan bisa hilang karena dosa yang diperbuatnya.

“Saya lihat diriku sendiri. Aku memang sudah menerima dan percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Juruselamat. Tapi aku masih merasa kurang layak terangkat kalau rapture terjadi sekarang atau dalam waktu dekat. Saya merasa masih banyak kekurangan dan kelemahan. Saya masih bergumul di area dosa dan belum bisa melepaskannya.”

Pria asal Magelang, Jawa Tengah ini sendiri mengaku pernah diajari tentang rapture tapi tidak mendalam. Dia juga tidak tahu apa saja syaratnya supaya ikut terangkat. Maka ia masih ragu-ragu.

Siap Tak Siap
“Oke, sekarang kita coba bayangkan kalau rapture terjadi dan kenyataannya kamu tertinggal, apa yang kamu rasakan saat itu juga? Lalu apa yang kamu lakukan?” tanya Okta dari Majalah Bahana.

“Jelas yang pertama rasa penyesalan. Lalu yang kedua itu pasti takut karena setelah rapture itu dan aku tidak terangkat. Berarti aku harus mengalami penganiayaan atau penyiksaan. Sebenarnya tidak diangkat pun kita masih punya kesempatan untuk masuk Surga, tapi mungkin keadaannya akan sangat sulit untuk tetap mempertahankan iman kita untuk sampai di Surga. Tapi selanjutnya kalau ternyata aku tidak terangkat adalah aku tahu apa yang harus aku lakukan untuk mempertahankan imanku, aku akan berjuang untuk itu, karena itu merupakan kesempatan kedua untuk saya,” jelas mahasiswa tehnik Informatika UKDW ini.

Sementara Gembala Jemaat GPdI Ungaran, Semarang, Eko Nugroho (43) lebih mementingkan persiapan diri sebaik-baiknya. “Jika kelak saya menjadi salah satu orang yang diangkat Tuhan, itu menjadi tanda orang yang sempurna yang Tuhan kehendaki seperti Bapa di Surga, jelas Pemimpin Dream Light Production ini. Menurutnya, tak mudah mempersiapkan diri supaya layak di hadapan Tuhan untuk diangkat.

“Apalagi di tengah kehidupan yang penuh dengan kotoran ini, kita harus terus menerus membersihkan diri. Kita harus peka terhadap panggilan Tuhan bagi diri kita. Saya lihat di Alkitab, semua tokoh yang dipilih Tuhan merasakan panggilan Tuhan dalam hidupnya. Panggilan itu akan datang pada saat hati kita melekat pada Tuhan. Diri kita adalah media. Kita adalah surat-surat terbuka yang dibaca oleh semua orang dan saya berharap dapat menjadi surat yang dapat memberkati orang lain.”

Seperti panggilannya untuk menjadi terang melalui media. Ketika panggilan itu ia terima, sebagai langkah awal ia memperhatikan pelbagai program acara televisi. Menurutnya, hampir semua program acara tidak memiliki nilai yang baik. Maka tayanglah program “Minta Tolong” di salah satu televisi swasta di Indonesia.

Belum Tergenapi
Seperti halnya Eko, Dian pun akan semakin dekat dengan Tuhan sehingga menerima panggilan Tuhan. “Pertama, memperbaiki saat-saat teduhku, baca firman. Karena selama ini kan aku nyantai-nyantai saja. Tapi kalau aku ingat tentang rapture ini setiap saat pasti aku akan terpacu.

Hubungan saya dengan Tuhan harus diperbaiki, karena aku tidak bisa merubah diriku tanpa penyertaan dan kemampuan dari Roh Kudus. Yang kedua, aku akan mulai melangkah melakukan panggilan Tuhan dalam hidup saya. Dengan begitu aku bisa yakin bahwa aku akan terangkat,” cetus pria yang kini tinggal di Klitren Yogyakarta ini.

Sedangkan Pemimpin Pelayan Perorangan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) Jemaat Yosodipuro, Solo, Jung Dianto (40) tidak mempercayai bahwa rapture tersebut terjadi secepat ini. “Itu enggak ada dalam Alkitab. Tapi kalau bicara Matius dan Lukas, itu nampak jelas sekali bukan seperti itu. Justru karena ada burung nazar yang melambangkan kematian, dan itu terjadi pada waktu setelah kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Bukan tahu-tahu ada rapture. Kami enggak percaya juga lantaran semua nubuatan dalam Alkitab saat ini belum semuanya tergenapi,” tutur Sarjana Teologi STII Imanuel ini usai mengikuti Ibadah Sabat, Sabtu (02/04/2011).

“Gereja Advent memang menekankan kedatangan Tuhan Yesus, tetapi kalau ada pengangkatan itu dalam arti orang-orang yang mati dalam kebenaran, ia akan dibangkitkan, dan orang yang masih hidup pun dalam kebenaran pun, ia akan digantikan dengan baju kemuliaan, itu baru terangkat. Karena Tuhan Yesus datang itu di awan-awan,” papar pengusaha asal Solo ini.“Tentu saja, untuk menyingkapkan dan memecahkan masalah ini perlu studi yang teliti terhadap teks-teks yang digunakan oleh ajaran yang populer tersebut,” tambah

Karena Tuhan Yesus sendiri datang di awan-awan, seperti dalam Alkitab sendiri, seperti kilat memancar. Semua mata memandang jadi enggak benar kalau Tuhan Yesus turun di suatu tempat.

Selama ini melalui pelayanan perorangan, dengan kelompok-kelompok sel, Jung pun turut mempersiapkan umat untuk menyambut kedatangan Tuhan Yesus. “Yang terpenting, bagaimana jemaat yang dilayani memiliki suatu karakter Kristus. Jadi kita menanamkan mereka suatu kepercayaan yang bukan hanya di bibir, hanya di lidah, tetapi dalam kelakuan, perbuatan. Kita menanamkan itu supaya mereka benar-benar sanggup menyongsong kedatangan Tuhan yang ke dua kali karena apa? Karena kalau dia tidak hidup benar, maka akan melihat cahaya kemuliaan Tuhan saja tidak akan kuat. Tetapi kalau hidup orang itu dalam kebenaran, mulut dan kelakuaannya sesuai dengan itu dia akan melihat kedatangan Tuhan,” tandasnya.

Menurut Alkitab
Bagaimana penjelasan yang lengkap menurut Alkitab?. Ternyata menurut Alkitab pengangkatan bukanlah isapan jempol belaka. Bukan pula isu yang tak perlu dihiraukan. Rapture itu nyata, sebab Alkitab menuliskannya. Lalu, apa yang akan umat lakukan menjelang peristiwa bersejarah itu?

Pengangkatan yang sering juga disebut rapture punya beragam pandangan di antara umat Kristen. Sebagian gereja mengajarkannya dengan antusias. Tujuannya agar umat terus diingatkan. Sementara yang lain menganggapnya tidak terlalu penting. Bahkan cenderung diabaikan. Tidak pernah disinggung dalam khotbah apalagi dalam acara Pendalaman Alkitab (PA). Memang ada alasan-alasan logis untuk menolak pengajaran mengenai pengangkatan ini. Tentu, itu hak setiap orang. Kita pun turut menghargai pendirian masing-masing pribadi.

Akan tetapi, bila kita yakin bahwa Alkitab adalah firman Tuhan, seharusnya kita mengimani pula yang tertulis di dalamnya. Artinya, yang tertulis di dalam Alkitab diyakini akan digenapi. Cepat atau lambat firman Tuhan itu nyata.

Bila kita mendekati rapture dari perspektif Alkitab, tentunya kita percaya bahwa rapture akan terjadi. Hanya, ketika berbicara mengenai pokok ini, pertanyaan yang pertama diajukan adalah kapankah hal itu akan terjadi? Banyak orang yang ingin tahu bilamana rapture itu digenapi. Di sinilah ada sebagian saudara seiman yang tergoda untuk melakukan hitung-hitungan matematis. Dalam sejarah hitung-hitungan matematis itu telah lama berlangsung. Namun, hitungan tersebut selalu saja meleset. Hal ini dapat dipahami. Alkitab bukanlah buku matematika yang punya rumusan yang jelas. Karena itu, sampai kapanpun, diduga rumusan tersebut pasti tidak tepat. Bahkan mungkin ke depan akan menggunakan mesin penghitung yang lebih canggih, namun dipastikan tidak mungkin tepat. Mengapa? Masalah rapture bukan urusan manusia. Rapture adalah urusan Bapa.

Istilah Pengangkatan
Bila kita meneliti dalam Alkitab, istilah pengangkatan diambil dari tulisan Rasul Paulus kepada jemaat Tesalonika. “Sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.” (1 Tes. 4:17). Istilah diangkat dalam ayat itu berasal dari kata Yunani harparzo. Dalam perkembangannya, sekitar abad keempat Masehi, Jerome seorang ahli menerjemahkan Alkitab berbahasa Yunani ke dalam bahasa Latin. Kita kenal terjemahan itu dengan sebutan Vulgate.

Kata harparzo dalam Vulgate tersebut diterjemahan ke dalam bahasa Latin raeptius dari kata rapio. Dari sanalah muncul istilah rapture dalam bahasa Inggris. Harparzo bisa diterjemahkan dengan mengambil secara paksa, merampas, ataupun merebut. Dalam Perjanjian Baru (PB) istilah tersebut muncul tiga belas kali (2 Kor. 12:2, 4; Mat. 11:12; 13:19; Kis. 8:39; 23:10; 1 Tes. 4:17; Yud. 1:23; Yoh. 6:15; 10:12; 29-29; Why. 12:5).

Berbicara tentang rapture memang banyak pandangan. Masing-masing punya ayat pendukung. Setiap tokoh punya argumentasi yang kuat. Akibatnya, jemaat awam bingung dibuatnya. Tidak jarang bertanya yang mana yang benar? Mungkin bijaksana bila kita tidak menanyakan yang mana yang benar? Atau, siapa tokoh yang pandangannya paling tepat? Sebaiknya, yang ditanyakan adalah apakah yang harus dilakukan menjelang rapture? Rapture pasti akan terjadi karena Alkitab menuliskannya. Maka, kita bertanya apakah yang harus disiapkan umat menjelang rapture itu?

Sebuah Kebenaran
Perbedaan pandangan teologis tentang rapture telah berlangsung lama. Hingga kini belum ada keseragaman pemahaman tentang itu. Namun, kita meyakini bahwa rapture akan terjadi. Tentu, bijaksana bila tidak menanyakan kapan hal itu akan terjadi? Pasti pertanyaan semacam ini hanya menuai kesia-siaan. Kalaupun kita berusaha menebaknya dipastikan akan meleset. Lebih baik jika kita berkata bahwa rapture akan terjadi, cepat atau lambat karena Alkitab telah mengatakannya.

Rasul Paulus menuliskan demikian. “Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan” (1 Tes. 4:13). Pada zamannya, Paulus mengalami juga adanya keragu-raguan umat perihal rapture. Karena itulah, Paulus berkata kami tidak mau bila saudara-saudara tidak mengetahui hal itu. Bagi seorang rasul sekaliber Paulus, Ia menjelaskan hal ini kepada umat di Tesalonika dan umat Tuhan sepanjang zaman. Mengapa harus dijelaskan? Pasti karena rapture merupakan kebenaran penting.

Rapture adalah kebenaran yang Alkitab beritakan. Tidak ada seorang pun yang sanggup membatalkan hal ini. Diakui atau tidak, diyakini atau dicemooh, tidak akan berpengaruh terhadap terjadinya rapture. Rapture adalah agenda Tuhan yang tak bisa dibatalkan oleh manusia dengan beragam argumentasi logis.

Melihat kenyataan ini, umat Tuhan sebaiknya harus bersiap-siap menjelang rapture. Artinya ketika hal itu akan terjadi, umat sudah siap untuk diangkat bertemu Tuhan di udara. Tidak peduli cepat atau lambat, dekat atau jauh, yang pasti umat telah siap tatkala peristiwa bersejarah itu terjadi.

Hidup Kudus
Siapakah Tuhan yang kita percaya? Dia adalah Tuhan yang kudus. Karena Dia kudus berarti umat yang bersama-sama dengan-Nya juga harus kudus adanya. Tidak mungkin pendosa.

Alkitab berkata, “tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” ( 1 Ptr. 1:15-16).

Menjelang rapture kekudusan pribadi menjadi hal amat penting untuk dipelihara. Kita percaya kepada Tuhan yang kudus sifat-Nya. Tidak bersentuhan dengan dosa. Dia tak mau berkompromi dengan dosa.

Memang di zaman ini tidak mudah memelihara kekudusan hidup. Di sekitar kita tawaran dosa siap mengintai. Kapan saja kita lengah, dosa itu akan menerkam dan menjatuhkan kita. Namun, firman Tuhan mengatakan kuduslah kamu. Di sini diperlukan perjuangan yang hebat untuk melawan tawaran dosa.
Akan tetapi, bila kita mau mengalami rapture, tidak ada pilihan lain kecuali menjaga hidup yang kudus. Memelihara hidup yang sesuai dengan firman Tuhan. Dengan demikian, kita mengalami indahnya rapture bersama Tuhan yang mengasihi kita.

Melayani Dengan Tekun
Sementara menantikan rapture sebagaimana Alkitab sebutkan, maka setiap umat harus melayani Tuhan. Melayani dengan sungguh-sungguh dalam bidang yang Tuhan percayakan. Menjadi pengusaha yang melayani Tuhan. Menjadi dosen yang melayani Tuhan. Menjadi petani atau pelaut yang juga melayani Tuhan.

Mengapa harus melayani? Tentu, ketika kita bertemu Tuhan, kita tidak menghadap-Nya dengan tangan hampa. Ada buah pelayanan yang akan kita persembahkan kepada-Nya. Melayani Tuhan pasti tidak sia-sia. Rasul Paulus menegaskan itu kepada jemaat di Korintus. “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (1 Kor. 15:58).

Bagaimana dengan Anda? Menjelang rapture apa yang akan Anda siapkan?

Sumber: Majalah Bahana