Monday 2 May 2011

Monday, May 02, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Ribuan Umat Hadiri Pengukuhan Paus Johannes Paulus II Sebagai Santo. VATICAN - Almarhum Paus Johannes Paulus II dikukuhkan sebagai santo, Minggu (1/5). Pengukuhan itu disaksikan ratusan ribu umat Katolik dari seluruh dunia yang membanjiri Lapangan St Peter’s.

Acara itu juga dihadiri delegasi 90 orang dari seluruh dunia, lima bangsawan Eropa dan 16 kepala negara, termasuk Presiden Zimbabwe Robert Mugabe. Umat Katolik yang menyaksikan pengukuhan ini kebanyakan datang dari Polandia, negara asal Paus Johannes Paulus II.

Ini merupakan event terbesar yang digelar di Roma, pasca pemakaman Paus Johannes Paulus II pada tahun 2005. Sedikitnya 200.000 orang menghadiri doa bersama yang digelar di Circus Maximus, Sabtu (30/4) malam. Gereja-gereja di Roma membuka pintunya lebar-lebar untuk memberi ruang bagi umat Katolik yang ingin mendoakan Paus Johannes Paulus II.

Pengukuhan Paus Johannes Paulus II sebagai santo dipimpin oleh penggantinya, Paus Benediktus XVI. Johannes Paulus II merupakan Paus yang paling popular dalam sejarah.
Peti mati Paus Johannes Paulus II diangkat dari basement St Peter’s Basilica, Jumat (29/4) untuk diletakkan di altar utama. Peti itu akan tetap berada di sini sampai warga yang hadir melihatnya.

Selanjutnya peti itu akan diletakkan di bawah altar di samping kapel dekat patung Pieta karya Michelangelo. Marmer yang digunakan untuk menutup peti mati pertama kemudian akan dikirimkan ke Polandia.

Pengukuhan Paus Johannes Paulus II sebagai santo, berlangsung sangat singkat, yakni enam tahun lebih sebulan setelah meninggalnya pada 2 April 2005. Mayoritas umat Katolik menyetujuinya, namun sebagian kelompok minoritas tidak setuju, karena pengukuhan sebagai santo dilakukan terlalu cepat.

Ada pula yang keberatan karena skandal pelecehan seksual yang terjadi di sejumlah gereja, berlangsung saat Johannes Paulus II menjadi Paus. Kelompok ultra-konservatif menilai Paus terlalu terbuka terhadap agama lain.

Ia dinilai terlalu toleran karena membiarkan budaya lokal mencemari liturgi. Budaya lokal yang dimaksud misalnya tari-tari tradisional Afrika.

Sumber: Association Press