Monday 2 May 2011

Monday, May 02, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Yayasan Pelayanan Kristen “Budi Dharma Kasih” : Menunjukkan Pelayanan Kasih Kristus. PURBALINGGA (JATENG) - Peduli pada orang lain, memikirkan nasib orang lain, adalah salah satu wujud kasih sebagaimana diajarkan Tuhan Yesus kepada umat-Nya. Dan itulah yang telah diperbuat oleh Lie Hok Tjan (Budi Soedharma), semasa hidupnya.

Di tengah kesibukannya mengurus bisnisnya sebagai pengusaha pabrik beras di Purbalingga, Jawa Tengah, Lie Hok Tjan, selalu berpikir bahwa seyogianya para orang tua di hari tuanya harus dirawat sekalipun tidak mengandalkan perawatan dari anak-anaknya.

Atas pemikiran itulah, pada 1972, Budi Soedharma men-cetuskan ide untuk menghibahkan tanah miliknya seluas 1 hektar di Kalimanah, Purbalingga, untuk pembangunan Panti Wredha. Tetapi Budi Soedharma mensyaratkan bahwa panti tersebut harus dikelola tiga orang ibu, masing-masing: Oey Loey Nio, Tan Tiang Nio (alm), dan Lie Ling Nio, yang salah satunya puteri Lie Hok Tjan.

Tetapi saat itu ketiga ibu yang mendapat mandat tersebut belum berani melaksanakan amanat dari Budi Soedharma itu. Baru setelah 1988 mereka merasa mantap untuk membangun dan mengelola panti di atas tanah yang awalnya seluas 1 hektar. Terealisasinya rencana itu tentu tidak lepas dari dorongan dan keinginan Tjoekoep Rahayu, istri Budi Soedharma.

Singkat cerita, ketiga ibu yang diberi mandat oleh Budi Soedharma itu pun mulai membangun panti di atas lahan tersebut. Selain memanfaatkan dana dari usaha katering yang dikelola ketiga ibu tersebut, banyak juga pihak yang membantu guna terwujudnya panti tersebut, baik sebagai pribadi maupun perkumpulan. Satu tahun kemudian, berdirilah Yayasan Pela-yanan Kristen Budi Dharma Kasih di Jalan Mayjen Sungkono 510, Kali-manah, Purbalingga. Saat ini, mandat tersebut dijalankan oleh generasi kedua dari ketiga ibu tersebut. Ada pun ketua yayasan sekarang adalah dr. Suhendro Budijono.

Christine M. Tan, public relation Yayasan Pelayanan Kristen Budi Dharma Kasih menjelaskan, tidak ada donatur spesial yang menyokong pendanaan yayasan ini. Pada umumnya para donatur merupakan perorangan atau pun instansi perkumpulan yang tergerak untuk menjadi donatur pada saat mengunjungi panti dan melihat sendiri keadaannya, atau bahkan hanya mendengar beritanya. “Ada juga instansi pemerintah seperti dari Kabupaten Purbalingga dan Kementerian Sosial memberikan bantuan,” ujar Christine Tan.

Tentang asal para penghuni, Christine menjelaskan bahwa pada dasarnya siapa saja bisa menjadi penghuni panti, asal ada sponsor atau penanggung jawab yang jelas dan memenuhi syarat-syarat sebagai penghuni panti. Untuk dipertimbangkan menjadi penghuni panti, harus memenuhi persyaratan kesehatan, kemampuan fisik, bersedia memenuhi seluruh tata tertib panti, serta adanya penanggung jawab.

Meski dipatok usia minimal penghuni 60 tahun, namun ada pengecualian, misalnya bekas penderita stroke, buta atau pun orang telantar yang tidak ada lagi yang mengurus, dengan beberapa persyaratan tertentu. “Manula yang tidak mau mematuhi tata tertib akan dikembalikan ke sponsor/keluarga,” tegas Christine.

Pelayanan panti tidak terbatas/khusus buat orang Kristen atau Katolik, karena tujuan panti ada-lah untuk pembinaan rohani. Saat ini baru bisa diadakan kebaktian agama Kristen, dan itu pun bukan merupakan keharusan bagi peng-huni panti untuk mengikutinya.

Christine menjelaskan, yayasan dibentuk dengan mengusung visi: “Menjadi satu yayasan Kristen yang memberikan pelayanan kasih kepada sesama manusia, terutama kepada kaum tua agar mereka dapat mencapai kehidupan yang lebih berkualitas”. Ada pun misinya adalah: “Memberikan pelayanan panti kepada orang-orang tua berupa: pelayanan kesehatan, pelayanan rohani, pelayanan rek-reasi kepada penghuni, panti agar dapat menikmati hidup sehat sesuai usianya. Memberikan pelayanan-pelayanan lain yang menunjukkan pelayanan kasih Kristus, yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku”.

Pavilun atau cottage
Sejak berdiri, panti yang me-ngusung motto: “Kasih Kristus untuk semuanya” ini setiap bulan rata-rata merawat sekitar 20 orang tua. Bagi para penghuni diadakan pelayanan rohani, pelayanan kese-hatan dan pelayanan paripurna.

Untuk memantau kesehatan para penghuni, ada kunjungan rutin dokter panti. Panti dilengkapi sejumlah fasilitas seperti unit-unit inap beserta ruang makan dan ruang TV, ruang rekreasi sekaligus aula pertemuan penghuni dilengkapi dengan sarana karaoke, gitar, keyboard. Selain taman untuk berolahraga, di kompleks panti ada juga lahan untuk berkebun dan berkreasi.

Untuk rencana jangka panjang, pengurus yayasan mendambakan panti ini lebih dari sekadar panti, misalnya berupa paviliun/cottage, dengan kebun, bahkan mungkin dengan hewan-hewan kesayangan (burung, anjing, kucing) yang bisa diurus sendiri oleh penghuni. Ke depan, panti diharapkan menjadi sebuah tempat tinggal yang nyaman, hangat yang bisa mendorong penghuni untuk mencapai tujuan kehidupan panjang yang berkualitas.

Di tengah pergumulan panti, ada berbagai kesulitan yang dihadapi, seperti masalah sumber daya manusia (SDM) khusus untuk melayani kebutuhan manula. Yayasan membutuhkan tenaga-tenaga volunteer yang bersedia berpartisipasi, baik secara langsung atau pun tidak. Agar keberadaan panti semakin dikenal masyarakat, diperlukan juga orang-orang untuk meneruskan informasi tentang panti ini ke masyarakat luas. Menurut Christine, sampai saat ini, belum ada pemasaran secara khusus dan intensif. Hanya, sejak 2 tahun terakhir ini, panti membuat kalender untuk dibagikan kepada gereja-gereja, donatur atau pun pengunjung-pengunjung tertentu.

Ada yang mengenal keberadaan panti ini dari mulut ke mulut. Ada juga yang berasal dari gereja-gereja, di mana kebetulan ada jemaat manula yang memerlukan perawatan panti.
Akhirnya, Christine mengemuka-kan, bantuan-bantuan dalam bentuk apa pun yang berguna bagi pengembangan yayasan/panti akan disambut. Termasuk saran dan kritik membangun, akan sangat dihargai.

Sumber: Reformata