Saturday 4 June 2011

Saturday, June 04, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Kepala Suku Waena Akui Susahnya Pelepasan Tanah Untuk Pembangunan Gereja.
JAYAPURA (PAPUA) - Kepala suku Kampung Waena di Abepura, Irenius Pepuho mengaku, di Papua, khususnya di Jayapura, pelepasan tanah untuk pembangunan sebuah gereja sulit. Seakan-seakan Tuhan Yesus, sang pencipta bumi, tak mempunyai tanah.

Menurut dia, para kepala suku selalu mengklaim semua tanah itu miliknya. “Tanah seakan-akan bukan milik Tuhan. Padahal, dialah yang menciptakannya,” kata Pepuho saat menyampaikan sambutannya seusai ibadah peringatan kenaikan Yesus Kristus yang berlangsung di lokasi Bumi Perkemahan (Buper), Waena, Kamis (02/06/2011) siang.

Lanjut Pepuho, ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh orang Papua pada umumnya. Pertama, orang Papua harus takut Tuhan. Dua, orang Papua harus dengar-dengaran. Terakhir, orang Papua harus bangkit dan memimpin dirinya sendiri. “Saya yakin suatu saat orang Papua akan bangkit dan memimpin dirinya sendiri,” ujarnya.

Dari pantauan JUBI, ibadah peringatan itu sekaligus peletakan batu pertama pembangunan Gedung Gereja baru oleh jemaat Solagracia. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Gubernur Papua yang diwakili oleh Asisten II Setda provinsi Papua, Elia Ibrahim Leopaty. Hadir dalam ibadah itu, puluhan jemaat dari gereja petrus perumnas I Waena. Turut hadir, ketua Klasis Sentani, beberapa pejabat pemerintah Papua, dan beberapa anggota Majelis Rakyat Papua.

Gubernur Papua yang diwakili Asisten II Setda provinsi Papua, Elia Ibrahim Leopaty dalam sambutannya menyatakan, jemaat solagracia perlu menentukan waktu peresmian gedung gereja baru yang akan dibangun. “Jemaat perlu tentukan kapan gereja ini selesai dibangun. Jangan sampai dibangun sampai 17 tahun tapi belum selesai-selesai,” ungkapnya.

Lanjut Leopaty, pembangunan sebuah bangunan gereja baru menandakan ada indikasi positif yakni ada penambahan umat Tuhan di negeri ini. Diharapkan, dari penambahan itu, ada pertumbuhan iman dalam melayani Tuhan.

Dia menambahkan, gereja perlu bertanggung jawab sekaligus memperhatikan umatnya. Lantaran sampai saat ini, hampir sejumlah kasus kambtimas didominasi oleh umat Kristen. “Saya harap gereja bertanggung jawab atas umatnya,” imbuhnya.

Sumber: Tabloid Jubi