Monday 13 June 2011

Monday, June 13, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Umat Kristen di Laos Alami Hambatan Pemerintah Komunis. VIENTIANE (LAOS) - Seorang imam Vietnam yang berkarya di Laos mengatakan, berbagai kegiatan keagamaan di Luang Prabang, kota di bagian utara Laos, semakin mengalami hambatan setelah terjadi serangkaian protes bulan lalu yang dilakukan umat Kristen warga suku di sepanjang perbatasan dengan Vietnam.

“Kami sangat khawatir tentang masa depan Vikariat Apostolik Luang Prabang yang kegiatan-kegiatan keagamaannya dibatasi, umat Katolik diamati secara ketat, dan panggilan religius sangat sedikit,” kata Raphael Tran Xuan Nhan pada 9 Juni.

Pembangunan vikariat tersebut sudah mengalami hambatan selama belasan tahun sejak komunis berkuasa, katanya.

Pastor Nhan, dari Keuskupan Vinh di Vietnam tengah, telah berkarya di Laos selama bertahun-tahun dan telah membentuk banyak kelompok Legio Maria di Laos yang komunis itu.

Sejak tahun 1975 ketika komunis mengambil alih kekuasaan di Laos, vikariat tersebut baru memiliki seorang imam pribumi dan tidak ada seorangpun yang dipanggil menjadi suster.

Imam berusia 57 tahun itu mengatakan, pemerintah Daerah Luang Prabang berusaha membatasi perjalanan umat Katolik setempat. Jika ingin pergi ke mana saja, umat Katolik wajib menginformasikan perjalanan mereka kepada pemerintah setempat.

Situasi menjadi semakin buruk, kata Pastor Nhan, setelah umat Kristen etnis Hmong berunjuk rasa dan menuntut kebebasan beragama di Propinsi Dien Bien di Vietnam yang berbatasan dengan Propinsi Luang Prabang pada awal Mei.

Pemerintah setempat menghambat umat Katolik setempat untuk menghadiri Misa di kapel pada setiap hari Minggu dengan memaksa mereka untuk melakukan pelayanan masyarakat atau mempelajari berbagai kebijakan pemerintah.

Empat anggota milisi bersenjata berdiri di luar Kapel Buon Saya sambil mengawasi umat Katolik setempat yang menghadiri ibadat, katanya. Kadang-kadang, mereka juga ikut duduk dalam peribadatan di kapel, tambahnya.

Monsignor Tito Banchong Thopahong, administrator apostolik vikariat tersebut, dan Pastor Pierre Buntha Silaphet, yang ditahbiskan imam pada Januari, mempersembahkan Misa harian yang dihadiri tiga suster sepuh yang sudah berusia 60-an dan sekitar 20 umat Katolik di kapel tersebut.

Dengan meminta tetap anonim, seorang imam Dominikan Vietnam yang berkarya di Luang Prabang selama enam tahun mengatakan kepada ucanews.com bahwa pemerintah lokal berencana untuk memindahkan kapel tersebut karena kapel itu berjarak 30 meter dari sebuah pos tentara.

Dia dan dua Dominikan lainnya, kata imam itu, sudah pindah ke Vientiane, karena pemerintah tidak menginginkan mereka mengajar bahasa Inggris gratis kepada warga setempat karena mereka sudah dicurigai sebagai mata-mata.

Vikariat Apostolik Luang Prabang memiliki 3.900 umat Katolik di antara penduduk yang jumlah totalnya 1,2 juta jiwa yang tersebar di propinsi-propinsi seperti Bo Keo, Luang Namtha, Luang Prabang, Phong Xali, Udomxai, dan Xayaburi. Kota antik Luang Prabang, pusat kebudayaan dan agama Budha di Laos, berjarak 220 kilometer utara Vientiane.

Sumber: Cathnews Indonesia