Monday, 6 June 2011

Monday, June 06, 2011
1
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Wajah Sesungguhnya Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia.
BEKASI (JABAR) - Ketika pertikaian antar agama masih terjadi di berbagai kota di Indonesia, kabar baik datang dari Kranji, Bekasi, Jawa Barat. Gereja Santo Mikael berhasil menyelesaikan tantangan untuk mendirikan gereja dan digunakan sebagai tempat ibadah lewat pendekatan penuh damai. Untuk sampai ke gereja ini, kita harus melewati jalan Strada I yang panjangnya hanya seratus meter. Di sepanjang jalan itu, berdiri kawasan pemukiman warga Muslim.

Setiap hari Minggu, ketika warga Kristen sedang menuju ke gereja untuk mengikuti kebaktian, mereka membuka kaca-kaca mobil dan saling menyapa satu sama lain dengan penduduk Muslim di sana. Di sekitar gereja ini juga berdiri mushola kecil. Lagu Islami sayup-sayup terdengar dari sekitar mushola Al Hidayah. Tidak menggunakan speaker atau toa. Sekitar pukul 9 pagi, lonceng dari Santo Mikael berbunyi. Ratusan orang yang berada di gereja mulai menggelar kebaktian.

Saat gereja direnovasi tahun 2005, gereja sempat ditolak warga. Lantas gereja instropeksi diri dan memperbaiki diri agar bisa diterima warga sekitar. Kepanitian pembangunan gereja diganti. Panitia bersama antara para pengurus gereja, pastor, dan tokoh Kristen setempat lantas mengubah cara pendekatan terhadap warga seperti menekankan silaturahmi.

Menurut Krisantono, salah satu jemaat di sana mengatakan, “Dengan dasar itu maka kita mawas diri atas kekurangan kita dan memperbaiki. dan teman-teman harus kompak. Dan kita mengadakan pendekatan ulang, dengan cara lebih baik, mau bergaul dengan pak RT, pak RW, Karang Taruna, dan sebagainya. Dengan Pak Ustadz kita silaturahmi, padahal dulu agak a lot setelah ada pendekatan baik, semua cair.”

Tak lepas juga dari jasa ketua RT 03 bernama Basyuni yang menjadi juru damai. Basyuni dan ketua RT lainnya memilih duduk bersama merundingkan semua. Basyuni meneruskan misi damainya hingga saat ini. Bertahun-tahun bersama warga dan ketua RT lainnya ia menjaga suasana damai di Jalan Strada. Para penceramah di mushola diseleksi. Penceramah provokator yang menyebarkan kebencian tak boleh berkhotbah di mushola. Puntodewo, pengurus Dewan Paroki Santo Mikael mengatakan, gong perdamaian yang sudah dibangun harus dilanjutkan para pengurus gereja.

Itulah yang terjadi jika ada kesadaran dari masing-masing pihak untuk mendekatkan diri dan memahami satu sama lain serta menghormati kebebasan beragama. Meskipun berbeda, mereka bisa saling menghormati. Itulah ketika Pancasila dibuktikan dalam hidup mereka. Mudah-mudahan, setiap umat dari berbagai agama dapat bersatu dan saling merangkul seperti itu.

Sumber: RNW/Jawaban