Thursday 7 July 2011

Thursday, July 07, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Imam, Suster dan Pendeta Lakukan Program Lanjutan demi Peningkatan Karya Pastoral.
SLEMAN (YOGYA) - Sebuah kelompok yang terdiri dari 27 imam dari berbagai kongregasi, dua suster Notre Dame dan seorang pendeta dari Gereja Kristen Indonesia (GKI) telah memulai program bina lanjutan selama sebulan di kabupaten Sleman yang bertujuan meningkatkan karya pastoral bagi umat paroki.

Program bertajuk: “Membangun Gereja di dunia: Dari Tantangan Aktual ke Pastoral Profesional,” diawali dengan Misa pada 4 Juli dan akan berlanjut hingga 8 Agustus.

Uskup Agung Semarang Mgr Johannes Maria Trilaksyanta Pujasumarta mempersembahkan Misa bersama Provinsial Serikat Jesus Romo Robertus Bellarminus Riyo Mursanto SJ dan Romo Johannes de Brito Mardikartono SJ, direktur Pusat Pastoral in Yogyakarta di kapel Seminari Tinggi OMI, Condongcatur.

Uskup Agung Pujasumarta dalam homili menceritakan kepada para peserta tentang dua lambang kegembalaannya yakni tongkat dan mitra. Pada tongkat tersebut ada bagian yang keras dan ada bagian yang lentur.

”Ini mau mengatakan bahwa ketika kita berpastoral hendaknya kita ingat akan dua hal, yakni kuat dalam prinsip, namun lembut dalam melaksanakannya agar pewartaan kita memperhatikan rasa budaya lokal,” kata uskup agung itu

Sementara mitra, menurut prelatus itu, menggambarkan sebuah unsur yang sangat penting dalam kegembalaan yakni Roh Kudus.

“Ini mau mengatakan bahwa pastoral kita akan sungguh bermakna manakala bersumber pada Allah sendiri. Karena bersumber pada Allah maka kita tidak jatuh pada kesibukan semata yang tidak berguna, melainkan sungguh berbuah.”

Ia menambahkan bahwa tongkat uskup itu juga berilustrasikan seekor burung pelikan yang bersedia mati dengan menyediakan dirinya untuk dimakan oleh anak-anak agar mereka tetap hidup.

”Kisah burung pelikan itu adalah benih-benih Sabda yang menggambarkan Yesus Kristus, yang menyediakan diri menjadi santapan dan minuman bagi umat yang ditebus-Nya. Para imam hendaknya berani mengorbankan diri bagi umat yang digembalakannya”, kata uskup agung itu.

Ia juga mengajak para peserta agar menggunakan kesempatan satu bulan ini untuk menggali hal-hal yang berkenaan dengan karya pastoral mereka secara lebih mendalam.

“Di kedalaman itu kita akan mendapatkan ikan. Meskipun juga terbuka kemungkinan ada tantangan. Pergilah ke tempat yang lebih dalam. Galilah cara-cara berpastoral yang lebih mendalam agar pelayanan kepada umat semakin berdaya guna,” lanjut uskup agung itu.

Ia menambahkan bahwa pastoral kita akan sungguh bermakan manakala bersumber pada Allah sendiri.

Sumber: Cathnews Indonesia/Ucanews