Friday 8 July 2011

Friday, July 08, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Masyarakat Mentawai Lebih Memilih Lonceng Gereja daripada Sirene Tsunami.
PADANG (SUMBAR) - Gempa yang sering mengguncang Sumatera Barat membuat pemerintah terus berpikir ulang. Salah satunya memakai kearifan lokal untuk mengurangi korban jiwa akibat gempa dan tsunami yang kerap menerjang.

Menurut Ade Edwar, Kepala Bidang Penanggulangan Bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat, ada antisipasi yang harus dilakukan dalam menghadapi bencana salah satunya adalah kearifan lokal.

“Di Mentawai salah satu kearifan lokal yang dipakai adalah lonceng gereja, ini sangat maksimal, kalau terjadi gempa di atas 5 SR, lonceng gereja akan berbunyi,” ujarnya di Gubernuran Sumatera Barat, Jalan Jendral Sudirman Padang, Kamis (07/07/2011).

Kalau tetap dipasang sirine tsunami, menurut dia, tidak akan maksimal, karena kerja sirine memakan waktu yang panjang terhadap koneksi jaringan.

“Kalau dibanding pengalaman di Mentawai hanya 15 menit tsunami sudah datang, kalau tetap di pasang sirine baru 30 menit sirine tersebut baru meraung. Belum ada teknologi yang bisa mengejar kecepatan tsunami yang 15 menit terjadi setelah gempa, jadi lebih bagus lonceng gereja,” tambahnya.

Karena menurut Ade, di Mentawai warganya mayoritas beragama Kristen sehingga cocok menggunakan lonceng sebagai peringatan tsunami. Namun situasi berbeda berlaku di daerah daratan, tentu lonceng gereja tidak cocok, solusinya menjadikan masjid sebagai corong informasi kalau terjadi gempa.

Lanjut Ade, kearifan lokal ini tidak perlu dijadikan Perda, karena kalau dijadikan sebuah peraturan itu akan menjadi kaku. “Kearifan lokal itulah yang menjadi kuat kalau tetap tidak diperdakan, tapi terus disampaikan pada masyarakat. Kalau pun itu dijadikan aturan, maka akan memakan waktu yang panjang dan biaya yang banyak, jadi tidak perlu dijadikan peraturan daerah,” ujarnya.

Kalau di Sumatera Barat di kaki Gunung Marapi ada kearifan lokal yang mereka lakukan, kalau hendak turun ke sawah terlebih dahulu memeriksa aliran sungai sampai ke hulu.

“Ini guna menghindari banjir bandang, memang saat ini sudah mulai untur tapi kita harus lebih terus mensosialisasikan kearifan lokal tersebut guna menghindari korban jiwa kalau terjadi bencana,” tutup Ade. (Okezone)