illustrasi (Jawaban) |
Warga sendiri tidak memiliki pilihan lain selain bertahan di tengah ketidaknyamanan pusat evakuasi yang sempit dan menderita akibat paparan cuaca yang berubah.
“Di sini sangat panas pada siang hari tetapi dingin dan berangin di malam hari. Sebagian besar pengungsi, terutama anak-anak, sakit karena kedinginan, batuk, dan demam,” ujar pemimpin komunitas pengungsi Fatima Mokamad.
“Penduduk di sini sangat miskin. Selimut kami terlalu sedikit untuk membuat kami tetap hangat,” ujarnya.
Warga juga menderita diare dan infeksi karena kurangnya air bersih dan sanitasi yang buruk. Untuk membantu mereka, Operation Blessing mengadakan misi medis, terutama di daerah terpencil yang hampir tidak diberikan bantuan pertolongan. Beberapa daerah bahkan terabaikan karena hadirnya kelompok pemberontak Muslim yang membuat bantuan susah masuk dan tidak dapat menjangkau para korban yang membutuhkan.
Namun relawan Operation Blessing Dr. Yvonne Estose pergi dari satu tenda ke tenda lain di tempat ini, melayani pemeriksaan kesehatan dan mengobati orang yang sakit. Sebagian besar anak-anak mengalami diare, sementara wanita tua menderita hipertensi karena gizi buruk.
Sammy Ulong dan keluarganya mengetahui bahwa putri mereka yang baru berusia 3 tahun dan menderita demam selama beberapa hari ternyata menderita bronkhitis.
“Terima kasih banyak atas bantuan Anda,” ujarnya kepada relawan Operation Blessing. “Ini adalah pertama kalinya kami diperiksa oleh dokter. Kami tidak pergi ke dokter karena kami tidak memiliki uang untuk membayar dokter dan membeli obat. Tapi Anda memberikan semuanya secara gratis.”
Selain obat-obatan, Operation Blessing juga membagikan mainan untuk anak-anak. Bagi banyak anak-anak, itu adalah mainan pertama yang pernah mereka miliki seumur hidup. Operation Blessing mendistribusikan makanan, tikar, dan selimut kepada korban banjir. Tim kemudian membangun stasiun air untuk menyediakan air bersih di pusat-pusat evakuasi.
Sementara warga terus menunggu sampai banjir di desa mereka mereda, Operation Blessing hadir di sana untuk meringankan beban mereka dan menyatakan cinta kasih Tuhan kepada komunitas Muslim.
“Saya sangat terkejut saat mengetahui bahwa bagi sebagian besar mereka, saya adalah dokter pertama yang mereka lihat,” ujar Estose. “Saya berharap mereka benar-benar dapat merasakan kasih Tuhan dan mereka mengalami kasih Tuhan secara nyata melalui hidup kami.”
Kasih Tuhan tersedia bagi setiap orang tanpa memandang suku, agama, ras dan latar belakang apapun yang kita miliki. Namun terkadang manusialah yang membatasi segala hal itu. Sebagai anak Tuhan, tugas kitalah untuk menyatakan kepada setiap orang bahwa kasih Tuhan selalu tersedia dimana saja untuk siapa saja dan kapan saja dan sudah seharusnyalah jika kasih itu boleh mengalir secara nyata melalui hidup kita.(CBN/Jawaban)