Uskup Agung melanjutkan, “Saya kembali dari kunjungan ke Tanah Suci tahun lalu dengan sebuah perasaan yang amat kuat bahwa kita harus berbuat ebih banyak untuk mengungkapkan solidaritas kita dengan masyarakat kristen di sana. Kita tahu bahwa saudara-saudari kita menderita di sana, dan kita tidak selalu bertanya kepada diri kita sendiri dengan cukup sering untuk meresponi apa yang perlu kita lakukan,” ujarnya.
Seruan ini akan kembali diserukan pada konferensi Kristen pekan depan di Tanah Suci yang diselenggarakan bersama oleh Dr Williams dan Uskup Agung Westminster, Vincent Nichols.
Konflik, blokade, diskriminasi dan pengangguran, semua hal ini memainkan peranan yang mempersulit kehidupan orang Kristen di Tanah Suci. Sekitar 200.000 orang Kristen tinggal di Israel dan wilayah Palestina, namun banyak yang meninggalkan tanah air mereka untuk mendapatkan kehidupan yang lebih aman di luar negeri.
Dalam sebuah video yang diposting ke YouTube, Uskup Agung berbicara mengenai ketegangan yang dialami orang Kristen di wilayah tersebut. Dr Williams mengatakan, “Tingkat emigrasi populasi Kristen di Tanah Suci terus meningkat dalam jangka waktu yang panjang. Saat ini telah benar-benar mencapai proporsi dimana kita dapat membicarakan mengenai pertumpahan darah dari populasi di sana.”
Uskup Agung Nichols mengatakan, “Orang-orang meninggalkan Tanah Suci, orang-orang Kristen pergi, dan kami ingin mengatakan bahwa kehadiran orang Kristen di Tanah Suci sangatlah penting untuk keseimbangan di Israel, tidak hanya untuk kenyataan sejarahnya tapi juga untuk kehadiran dan kelangsungan hidup di masa depan.”
Wilayah Israel akan senantiasa menjadi wilayah yang penuh dengan pergolakan sebagaimana dikatakan di dalam Alkitab. Namun janji Tuhan sangatlah jelas bahwa ada perlindungan Ilahi bagi setiap orang yang berlindung di dalam nama-Nya.(Christian Post/Jaawaban)
