Thursday 18 August 2011

Thursday, August 18, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Andy F. Noya : Majalah Paroki Harus Dikemas Efektif dan Inspiratif. JAKARTA - Majalah paroki hendaknya dikemas dengan artikel yang lebih umum dan tidak monoton agar menjadi virus evagelisasi, dan sarana efektif untuk katekese umat.

“Kita harus menjadikan media kita menyebarkan virus kerohanian kepada semua orang,” kata Andy F. Noya, salah satu pembicara pada seminar di aula Sekolah Santa Maria, Jakarta Pusat.

Acara dengan tema Majalah paroki di tengah mimbar digital menumbuhkan era baca efektif–reflektif dihadiri 150 peserta dari 61 paroki di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ).

“Kita buat jangan terlalu internal tapi bisa dibaca juga oleh non-Katolik dan universal karena melalui cara tersebut kita mengubah orang,” lanjut pembawa acara K!ckAndy itu.

“Kita buat berita jangan jeruk makan jeruk nanti bosan dan tak dibaca. Kita harus membuat misi yang jelas karena misi itu penting untuk memberikan inspirasi bagi orang lain. Ini saya lakukan melalui acara Kick Andy show yang telah memberikan inspirasi dan membantu banyak orang miskin,” tambah Andy.

Menurut jurnalis senior itu, kita membuat pesan yang kuat terhadap iman dengan kemasan yang bagus. Kita harus cari kisah-kisah yang menarik orang tapi kemasannya diarahkan kepada nilai-nilai iman.

Pembicara lain, Hermien Kleden, wartawati senior majalah Tempo mengatakan, orang yang bekerja untuk majalah-majalah yang dikelola paroki hanya sebagai volunteer dan sekedar isi waktu. Cara ini yang harus dipikirkan kembali oleh para dewan paroki.

“Media paroki adalah sarana yang bagus untuk menggali bibit orang muda Katolik dalam menulis,” katanya.

Ia mengatakan banyak majalah paroki yang membuat profil tentang para romonya. “Kita juga memuat kejadian-kejadian yang unik di paroki kita yang bisa memberikan inspirasi kepada orang lain,” katanya.

Romo M. Harry Sulistyo, ketua Komsos KAJ, mengatakan pelatihan sehari itu merupakan antisipasi terhadap era digital dimana media cetak semakin menurun, dan membuat majalah yang gampang dibaca.

Ia menambahkan, kemajuan teknologi informasi sangat cepat dan orang mudah terpengaruh oleh hal-hal yang serba instan dan mudah. Di sisi lain, paroki-paroki belum bisa mengantisipasi situasi tersebut.

Romo Harry mengatakan media cetak termasuk majalah terus menurun akibat bertumbuhnya media online. Dari 61 paroki di KAJ, hanya 20 paroki yang memiliki majalah paroki. Ada yang mengelola buletin paroki, namun itu menjadi tugas sekretariat paroki.

Selain itu, katanya, sebanyak 20 paroki tidak mempunyai seksi Komsos. “Ini yang mendorong saya untuk bergerak dan terjun ke bawah serta mendorong paroki-paroki membentuk seksi Komsos.”

Menurutnya, majalah paroki adalah sarana katekese yang bisa menumbuhkan iman umat. Namun, kendala yang dihadapi antara lain kesulitan mencari orang untuk menggiatkan media paroki. Selain itu, umat dan pastor paroki juga kurang sadar akan pentingnya pewartaan dan komunikasi melalui media.(Cathnews Indonesia)