Wednesday 31 August 2011

Wednesday, August 31, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Geredja Indjili Maluku (GIM) Belanda Ingin Dirikan Sekolah Teologi Sendiri.
AMSTERDAM (BELANDA) - Geredja Indjili Maluku (GIM) Belanda ingin mendirikan pendidikan teologi untuk calon pendeta. Dengan demikian GIM menjadi gereja migran pertama di Belanda dengan yang membuka sekolah teologi sendiri.

Otto Matulessy, ketua sinoda GIM, merasa sudah sekian lama teologi Barat menguasai bidang ini. Pendidikan Belanda tidak atau kurang memperhatikan unsur budaya dalam agama. "Kami mau melihat bagaimana budaya mempengaruhi iman, atau sebaliknya. Dua hal ini tidak bisa dipisahkan."

Sebagai contoh Otto menyebut penyembahan leluhur, yang bukan hanya dilakukan orang Maluku tapi misalnya juga orang Afrika. Teologi Belanda tidak menganggap penting unsur leluhur. Mereka berpikir, "Mengapa orang-orang tua itu harus disembah?"

Menurut Otto, ini sebenarnya bukan pandangan baru. Juga gereja-gereja Amerika Latin dan Afrika Selatan mendirikan pendidikan teologi sendiri.

Pendidikan teologi terbuka untuk siapa saja yang berniat. Jadi bukan untuk orang Maluku saja.

Dalam studi teologi GIM bekerja sama dengan Vrije Universiteit Amsterdam, Sekolah Tinggi Kristen di Ede, Sekolah Tinggi Windesheim di Zwole dan fakultas teologi di Leuven, Belgia.

Pada saat GIM ingin mendirikan pendidikan teologi sendiri, gereja-gereja Belanda mengalami penurunan jemaat. Hal sama juga terjadi di gereja-gereja Maluku di Belanda. Namun duduk persoalannya berbeda, ungkap Otto Matulessy.

"Jemaat Belanda yang keluar gereja tidak kembali lagi. Tapi kalau orang Maluku tidak ke gereja, bukan berarti mereka tidak percaya. Mereka memang tidak datang setiap hari Minggu, tapi ada waktu-waktu yang mereka datang."

GIM sudah mulai merekrut siswa-siswi untuk pendidikan baru. Dengan pendidikan ini mereka bisa menjadi pendeta atau pekerja pastoral dalam Gereja Maluku.

Geredja Indjili Maluku, yang tersebar di seluruh penjuru Belanda, didirikan tahun 1952 sebagai salah satu gereja Maluku pertama di Belanda. Sebagian besar dari 35 pendeta GIM menjalani pendidikan di Indonesia. (RNW)