Friday 19 August 2011

Friday, August 19, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Ir Sahat Marodjahan Doloksaribu : HKBP Harus Membuka Diri dari Perubahan.
BEKASI (JABAR) – Kepala Lembaga Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Pengembangan Bisnis Universitas Kristen Indonesia (LPPMPB UKI), Ir Sahat Marodjahan Doloksaribu, M. Ing, mengatakan, HKBP hendaknya mengkaji perkembangan makro nasional dan makro global. Maksudnya agar HKBP tidak menyembunyikan diri dari perubahan yang sedang terjadi.

“HKBP jangan menjadi ‘pemadam kebakaran’ atas berbagai masalah kemasyarakatan, kebangsaan dan lingkungan hidup sekarang dan nanti. HKBP perlu lebih taat pada panggilan Injil untuk proaktif, bersaksi dan beraksi, berkata dan bertindak merespons berbagai masalah,” katanya dalam seminar sehari bertajuk “Partisipasi Kristen dan Peningkatan SDM” yang diselenggarakan oleh Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Resort Pondok Gede, Bekasi, Selasa (16/08/2011) malam di aula Gereja itu dalam rangka HUT 150 Tahun HKBP.

Dalam makalahnya berjudul “Keterlibatan Warga Gereja dalam Membangun dan Mempertahankan NKRI”, SM Doloksaribu mengatakan, demokrasi dan globalisasi yang berkembang sekarang harus dipahami dan disikapi secara positif, kritis, kreatif dan realistis. Nilai-nilai moral, etik, dan spiritual dalam pembangunan, sekarang ini seperti berantakan tidak berujung pangkal. “Ada jurang besar menganga yang harus dijembatani antara praktik-praktik kehidupan dan nilai-nilai yang berantakan,” katanya.

Pada bagian lain, Doloksaribu mengatakan, jemaat perdesaan mengalami kemunduran ekonomi karena berbagai kebijakan yang tidak berpihak kepada mereka. Sementara jemaat di kota juga menghadapi banyak masalah sosial baru yang belum dikenal sebelumnya, seperti masyarakat miskin kota, narkoba, HIV/AIDS, dan penyakit akibat lingkungan tercemar.

Dikemukakan, degradasi lingkungan terutama pemanasan global dan perubahan iklim segera dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan kita dan merusak seluruh kehidupan. Hutan dan kawasan hijau kota yang menjadi pendukung kehidupan tidak lagi berfungsi.

SM Doloksaribu, mantan aktivis mahasiswa dan mantan Dekan Fakultas Teknik UKI, mengatakan, HKBP sebagai bagian dari gereja yang am dan menyatakan diri sebagai gereja yang inklusif, dialogis dan terbuka, seharusnya mempunyai program yang menggambarkan semangat kegerejaannya. Dibutuhkan program yang jelas untuk menjawab tantangan zaman ini dan yang akan datang. Persiapan dan pembinaan warga dengan demikian menjadi sangat penting dan berperan besar menjawab keterlibatan dan partisipasi selanjutnya.

Sedangkan Mayjen (purn) TNI AD L Sianipar, pengajar dan Direktur di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) mengatakan, dalam pertahanan dan keamanan serta bela negara, dituntut dan dinantikan kehadiran generasi muda warga Gereja. Dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tentu tidak hanya mengangkat senjata, tapi ketahanan nasional itu harus dilihat dari berbagai segi kehidupan dan kebutuhan hidup masyarakat, dan warga negara.

“Sering dikatakan, Gereja tidak boleh dan tidak perlu berpolitik, berdagang dan lain sebagainya. Hal-hal duniawi memang bukan tugas Gereja, tapi Gereja harus mempersiapkan warganya untuk menjadi garam dan terang dunia dalam semua aspek kehidupan, bidang politik, ekonomi, perdagangan, terutama dalam penegakan hukum dan hak asasi manusia. Orang bilang, politik itu kotor, tapi justru di situlah warga Gereja perlu hadir untuk membersihkan yang kotor sehingga politik dapat digunakan untuk kemuliaan Tuhan dan kesejahteraan ciptaan-Nya,” tambahnya.(Tunas Bangsa)