Tuesday, 27 September 2011

Tuesday, September 27, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Badan Kerja Sama Umat Kristiani di Palu Prihatin Kasus GBIS Solo.
PALU (SULTENG) - Ketua Badan Kerja Sama Umat Kristiani Kota Palu, Sulawesi Tengah, F Pollo menyatakan prihatin atas kasus bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Solo yang mengakibatkan seorang tewas dan melukai puluhan warga jemaat gereja itu pada Minggu (25/09/2011).

"Sebagai warga negara, dan orang yang beragama, saya prihatin atas peristiwa tersebut," katanya di Palu, Senin.

Namun, katanya, semua pihak, termasuk umat Kristen harus menyikapi kejadian itu dengan arif, dan bijaksana karena bagaimanapun oknum yang melakukannya hanya sekelompok orang saja.

"Kita jangan terprovokasi atas peristiwa, meski itu terjadi pada saat jemaat baru saja selesai melaksanakan ibadah di geraja," katanya.

Menurut dia, kejadiaan ini justru akan membuat pemerintah lebih sungguh-sungguh lagi memperhatikan masalah kerukunan umat beragama di Tanah Air.

Aksi bom adalah perbuatan tak terpuji karena merusak kerukunan antarumat beragama di tanah air.

"Ini bentuk provokasi untuk merusak kerukunan beragama," katanya.

Pallo mengatakan, hal yang harus dilakukan oleh umat Kristen adalah terus memperkuat rasa toleransi dengan saling menjaga dan menghormati satu sama lainnya.

Panganan bom bunuh diri di GBIS Solo serahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian yang akan mengusut tuntas pelaku dan motifnya.

Ia juga mengimbau kepada warga gereja untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap aksi-aksi teror bom dan bentuk kekerasan lainnya.

Karena sasaran adalah gereja, maka pimpinan dan jemaat harus lebih waspada. Misalkan saat membersihkan gereja usahakan pintu selalu ditutup.

"Kalau ada dua orang petugas yang membersihkan gereja, jangan dua-duanya di dalam, tetapi harus ada satu orang di luar gereja," katanya.

Begitu pula sebelum ibadah, pengurus gereja harus memperhatikan setiap orang yang datang, dan jika ada orang yang mencurigakan harus diawasi gerak-geriknya.

"Jangan sampai kecolongan lagi seperti yang terjadi di GBIS Solo dimana pelakunya diduga kuat ikut pula masuk beribadah bersama-sama jemaat," katanya.

Karena itu perlu ada personel keamanan internal di setiap gereja.

"Bukan polisi, tetapi jemaat yang direkrut sebagai tenaga Satpam di gereja," katanya.

Apalagi, beberapa tahun lalu gereja-gereja di Kota Palu pernah diteror bom oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab yang sengaja bertujuan merusak kerukunan beragama di wilayan ini. Karena itu mengantisipasi teror bom seperti yang baru saja terjadi di GBIS Solo, masyarakat perlu terus meningkatkan kewaspadaan. (Antara)