Tuesday 11 October 2011

Tuesday, October 11, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca 90 Tahun Pelayanan di Indonesia, Kongregasi Suster-Suster Dominikan (OP) adakan Pengobatan Gratis.
BANYUMAS (JATENG) - Kongregasi Suster-Suster Dominikan (OP) menandai 80 tahun tibanya biara mereka di Indonesia dengan mengadakan pengobatan gratis bagi sekitar 400 warga miskin yang tinggal di desa Kediri, Banyumas, Jawa Tengah.

Tujuh dokter dan puluhan staf di Rumah Sakit St. Elisabet di Purwokerto, yang dikelola oleh para biarawati itu, berpartisipasi dalam program yang diadakan kemarin.

Para suster Dominikan melayani masyarakat di berbagai tempat Indonesia dalam bidang pendidikan dan kesehatan sejak tiba di tanah air tahun 1931.

Menurut koordinator program itu Suster Anna Maria OP, “yang datang sebagian besar lansia. Mereka sakit batuk dan pilek, gatal-gatal, juga tekanan darah tinggi.”

“Masalah gatal-gatal tampaknya karena lingkungan tidak sehat. Ini ciri masyarakat miskin,” katanya.

Mengomentari program itu, seorang pasien berusia 74 tahun bernama Kaisem mengatakan: “Ini adalah pengobatan gratis. Saya senang.”

Wanita itu kemudian mengakui bahwa ia bermasalah dengan tekanan darah. “Saya sering pusing. Tekanan darah naik turun,” katanya.

Kepala Desa Imam Kasid juga menyambut baik klinik itu. “Begitu kami mendapatkan tawaran, saya langsung menerimanya. Ini bagian dari upaya pemerintah mengingkatkan kesehatan masyarakat,” tambahnya.

Ia juga berharap bahwa para suster terus mengadakan program seperti itu tanpa melihat latar belakang agama dan status sosial mereka. “Baik yang kaya maupun yang miskin tetap dilayani, karena orang berobat itu ingin sembuh,” katanya.

Seluruh Suster Dominikan di Indonesia berjumlah 102 orang yang tersebar di keuskupan Bandung, keuskupan Larantuka dan keuskupan Purwokerto serta keuskupan agung Jakarta dan keuskupan agung Semarang.

“Kami sedang menggumuli perubahan pelayanan. Apakah sungguh karya pelayanan yang kami jalani seperti ketika Dominikus hidup. Kami hendak memperdalam hidup doa, kontemplasi, refleksi, dan sharing yang kesemuanya diarahkan pada karya kerasulan,” kata Suster Lucia Kusrini OP. (Ucanews/Cathnews Indonesia)